Sunday, January 8, 2012

Sejarah Revolusi Islam Iran 1

Sejarah Revolusi Islam Iran
Jangan Takut untuk Membuat sebuah Revolusi !


Air mata ku meleleh, beberapa tahun lalu, saat membaca sebuah part akhir dari tulisan Anjar Nugroho Sejarah Revolusi Islam Iran. Perasaan haru bercampur kenangan 1998 di negeri ini yang sempat dilihat, didengar dan dirasakan oleh mata kepala sendiri. Saya pernah mengalami dan melihat langsung sebuah kekuasaan (lebih tepatnya Rezim Otoriter) runtuh. Sebuah Kekuasaan Absolut Despotik dan otoriter serta membodohkan. Disini (1998) keadaannya mungkin lebih baik di bandingkan di sana (Iran, 1979), saat terjadi Revolusi Islam Iran.

Tulisan, yang menumpahkan air mata saya, itu adalah penggalan sebuah artikel dalam majalah Amerika, Newsweek yang menulis seperti di bawah ini:

“When they came close, the armed forces ordered the demonstrators to disperse but instead of retreating, the demonstrators disobeyed the order and went on to cross the warning line, slowly choking from teargas fumes, but unwilling to go back. Finally the troops raised their guns, firing bursts into the air, but even then the mob edged closer to the ranks of the troops. And the troops lowered their sight and, when the crowd kept coming, sprayed the demonstrators with round after round.”Splits in the army on class lines do not arise as a simple process but, on the contrary, pass through a series of processes, leading to inner differentiation. The lower ranks of the armed forces tries to gauge the attitude of the masses, observing their commitment, their utter decision to go to the very end to change the old order, their heroic scarifies. At this juncture, once the soldiers realise that the masses are in earnest, they refuse to obey the orders of their officers and join the ranks of the masses, taking weapons with them. And this was exactly what happened in Iran. When thousands of mourners marched to the gate of Teheran’s Besheste Zahra cemetery shouting slogans against the Shah attacked an armoured car, a major came out and shouted: “We have no intention of killing you! You are our brothers!” and offered his weapon to the mob: “Here, take my gun and kill me if you wish!” The mourners cheered and shouted slogans of unity against regime.

(Ketika mereka telah mendekat, tentara memerintahkan para demonstran untuk membubarkan diri, tetapi bukannya mundur, para pengunjuk rasa malah mengabaikan perintah dan terus maju melewati garis peringatan, perlahan-lahan tersedak karena asap gas air mata, tetapi tidak mau kembali. Akhirnya para serdadu mengangkat moncong senjata mereka, menembakkan tembakan peringatan ke udara, meski demikian kerumunan bahkan semakin mendekati pagar betis prajurit tersebut. Dan para tentara menu¬runkan pandangan mereka dan, ketika kerumunan tersebut terus bergerak maju, maka menghamburlah para demonstrator dengan berondongan demi beron¬dongan peluru. Perpecahan dalam tubuh tentara sesuai dengan garis kelas tidak muncul dengan proses yang sederhana, tetapi sebaliknya, melalui serangkaian proses, yang mengarah kepada diferensiasi di dalam. Tentara tingkat terbawah mencoba untuk mengira-ngira perilaku massa, sembari menjalankan komitmen mereka, melaksanakan keputusan bulat mereka untuk menjalani hingga akhir untuk mengganti perintah ketua mereka, dengan ketersinggungan mereka. Tepat di persimpangan ini, begitu para serdadu menyadari bahwa massa bersungguh-sungguh, mereka menolak untuk mematuhi perintah dari perwira dan bergabung dengan rakyat, dan mengangkat senjata bersama-sama. Dan inilah apa yang sesungguhnya terjadi di Iran. Ketika ribuan orang pela¬yat berarakan menuju gerbang pemakaman Beheste Zahra di Teheran, meneriakkan slogan-slogan menentang Syah, dan menyerang sebuah kendaraan lapis baja, seorang mayor keluar dan berteriak: “Kami tidak mempunyai keinginan untuk membunuh kalian! Kalian adalah saudara kami!” dan memberikan sen¬jatanya kepada kerumunan tersebut: “Ini, ambil senjata saya dan bunuhlah saya kalau anda mau!” Orang-¬orang yang sedang berbelasungkawa bersorak sorai dan meneriakkan slogan-slogan seruan persatuan melawan rezim.)

Terdapat insiden lain semacam itu. Beberapa serdadu wajib militer menembak perwira mereka atau melakukan bunuh diri karena diperintahkan untuk me¬nembaki para demonstran. Di pihak lain, banyak desersi dan pemberontak dieksekusi oleh Savak.
Di Iran tank-tank dipangkalkan di sekeliling istana untuk pertama kalinya sejak 25 tahun lalu. Syah sendiri mengutarakan kepada Newsweek: “We were I think in a very grave situation last Thursday,and it was very close. The people were not abiding by the law. They were not paying the slightest attention to the government’s warnings. As a matter of fact, they could have occupied everything they wanted.” (”Saya pikir kami dalam sebuah situasi yang mengerikan Selasa kemarin, dan hampir saja semuanya berantakan. Orang-¬orang tidak memperdulikan hukum. Mereka tidak mengacuhkan sedikitpun terhadap peringatan pemerintah. Faktanya, mereka bisa saja menguasai apapun yang mereka inginkan”).

Entah karena saya percaya akan independenitas sang reporter itu, atau karena perjuangan Rakyat Iran yang begitu bergelora, atau karena dua-duanya, Saya merasa sangat terharu dan meneteskan air mata, tanpa disadari, saat itu. Begitu dahsyat nya perlawanan Rakyat/Ummat yang di kemudian hari disebut dengan 'Revolusi Islam Iran' itu. Kedahsyatan kekuatan nya akan membuat siapapun baik Islam (timur) maupun Non-muslim (barat) salut dan hormat kepada mereka di sana. Maju terus Iran… Maju terus Islam… Maju terus Revolusi Islam Iran… Amien.

Dan bagi negara yang tertindas lainnya.. JANGAN TAKUT UNTUK MEMBUAT SEBUAH REVOLUSI!

Untuk membaca selengkapnya tentang SEJARAH REVOLUSI ISLAM IRAN, yang saya potong bagian akhirnya di atas, di dalam posting berikutnya saya akan cantumkan selengkapnya tulisan dari Anjar Nugroho itu. Selamat menemukan bacaan yang mengharu-biru Anda! Sejarah Revolusi Islam Iran 2.

.

Artikel Terkait

No comments:

 
;