Saturday, April 18, 2009

Wahai Anakku (Hampir Lengkap)

WAHAI ANAKKU
Diterjemahkan dari Kitab Ayyuhal Walad.
(Syeikh Hujjatul Islam Al Ghazali)
Oleh: Ahmad Wasim, S.Ag


MUKADDIMAH

BISMILLAHIRROHMAANIRROHIIM
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Akibat baik hanya untuk orang-orang yang bertaqwa. Shalawat dan salam bagi Nabi-Nya Muhammad SAW, keluarganya semua. Amin

Ketahuilah bahwa salah satu dari murid / santri dulu yang biasa berhidmat kepada Syekh Zainuddin Hujjatul Islam Abu Hamid Muhammad Al Ghazali, Mudah-mudahan Allah membersihkan ruhnya, sibuk belajar dan membaca ilmu sampai memperoleh sangat banyak ilmu, dan mendapatkan kesempurnaan jiwa. Kemudian, suatu ketika ia berfikir, dan terbersit dalam hatinya dan berkata: “Sesungguhnya aku telah membaca bermacam-macam ilmu (pengetahuan) dan menghabiskan sebagian umurku untuk mempelajari dan mengkodifikasikannya, sekarang saatnya bagiku untuk mengetahui yang mana yang akan bermanfaat bagiku suatu hari nanti dan menemaniku dalam kuburanku kelak, dan mana yang tidak bermanfaat bagiku dan akan aku tinggalkan, seperti sabda Rasulullah SAW: “Ya Allah Aku berlindung kepadamu dari ilmu yang tidak bermanfaat”.

Fikiran ini terus terngiang dalam hatiku sampai aku menulis surat kepada syaikh Hujjatul Islam Muhammad Al Ghazali, semoga Allah merahmati beliau, (yang isinya) meminta fatwa dan menanyakan beberapa masalah, memohon nasehat dan doa. Surat itu berisi: Walaupun karangan-karangan Syeikh seperti Ihya Ulumuddin dan lain-lainnya terdapat jawaban atas persoalan-persoalanku, tetapi maksudku adalah semoga Syeikh berkenan untuk menuliskannya dalam lembaran kertas yang akan mengiringiku selama hidupku, dan mengamalkan yang ada didalamnya selama umurku, insya Allah.

Kemudian Syeikh menuliskan Risalah ini sebagai jawabannya. Wallahu A’lam.













Ketahuilah, Wahai Anakku yang tercinta dan terhormat –semoga Allah memanjangkan umurmu dalam taat kepada-Nya, dan menuntun mu ke jalan para kekasih (yang dicintai)-Nya-- sesungguhnya banyak nasehat telah tertulis dalam banyak buku-buku (risalah). Seandainya salah satunya telah sampai kepadamu, maka tidak perlu lagi engkau atas nasehatku. Dan seandainya belum sampai kepadamu, aku hanya ingin berkata: “Apa yang anda dapatkan di tahun-tahun yang telah lalu?”


NASEHAT PERTAMA

Wahai Anakku, Dari sekian banyak nasehat yang Rasulullah SAW nasehatkan kepada umatnya adalah sabdanya:
“Tanda-tanda Allah berpaling dari seorang hamba adalah ketika hamba itu sibuk dengan sesuatu yang tidak bermanfaat baginya. Apabila seseorang menyia-nyiakan umurnya sesaat saja kepada sesuatu yang bukan ibadah, maka pantaslah baginya memperpanjang kesedihannya, dan barang siapa telah melewati umur 40 tahun dan kebaikannya tidak mengalahkan keburukannya maka bersiap-siaplah masuk api neraka”.

Dan nasehat ini cukup (di mengerti) bagi orang-orang yang berilmu.


NASEHAT KEDUA

Wahai Anakku, Nasehat itu mudah dan yang sulit adalah menerimanya, karena rasa nasehat bagi mereka yang mengikuti hawa nafsunya adalah pahit karena sesuatu yang dilarang lebih disukai oleh hatinya. Dan Lebih khusus lagi bagi mereka penuntut ilmu formal, dan sibuk mencari prestise dan prestasi/kepangkatan duniawi. Dia mengira bahwa dengan ilmu an sich akan membuatnya sukses dan berhasil, dan tidak memerlukan amal. Ini adalah keyakinan para filosof, subhanallah al ‘adhim. Mereka tidak tahu –tertipu-- bahwa ketika mendapatkan ilmu, kemudian tidak beramal dengannya maka sesungguhnya siksaan kepadanya lebih berat, seperti sabda Rasulullah SAW:

“Manusia yang adzabnya paling pedih pada hari kiamat adalah seorang ‘alim yang oleh Allah tidak bermanfaat dengan ilmunya itu”

Di ceritakan, bahwa Junaid, semoga Allah membersihkan jiwanya, di mimpikan setelah beliau meninggal. Beliau di tanya: ”Apa kabar wahai Abal Qasim?” Beliau menjawab: “Semua ibarat-ibarat itu musnah, dan isyarat-isyarat itu telah di lenyapkan, semuanya tidak bearti, kecuali beberapa rakaat yang kita lakukan di tengah keheningan malam”.


NASEHAT KETIGA

Wahai Anakku, Janganlah menjadi orang yang bangkrut amal, dan jangan menjadi orang yang sunyi/ jauh dari keadaan-keadaan ruhani. Yakinlah bahwa ilmu an sich tidak berguna. Sebagai ilustrasi, seandainya seorang laki-laki di padang sahara dengan sepuluh pedang yang sangat tajam dan beberapa senjata yang lainnya, sedangkan laki-laki itu adlah seorang pemberani dan petarung sejati, kemudian dia dihadang oleh Singa yang sangat besar dan menyeramkan, menurut mu apa yang dia lakukan? Apakah senjata itu melindunginya tanpa menggunakannya dan mengayunkannya? Yang terjadi adalah senjata-senjata itu tidak kan menyelamatkanya kecuali dengan menggerkannya dan memukulkannya. Seperti itulah seandainya seseorang membaca seratus ribu masalah-masalah ilmiyah dan mempelajarinya dan tidak beramal dengan apa yang dipelajarinya itu. Semuanya tidak memberi manfaat kecuali dengan mengamalkannya. Ilustrasi yang lain, seandainya seseorang terserang demam dan sakit (kuning) dan kesembuhannya dengan pil dan obat-obatan, maka tidak akan sembuh kecuali dengan menggunakan pil dan obat-obatan itu.

Andai engkau menimbang dua ribu botol minuman keras,
Tidak akan menjadikanmu mabuk kalau tidak di minum

Seandainya engkau membaca (mempelajari) ilmu selama seratus tahun, dan mengkodifikasikan seribu kitab, semuanya tidak akan menjadikan nya siap mendapat rahmat dari Allah SWT, kecuali dengan beramal/mengamalkan.

· WA AN LAISA LIL INSANI ILLA MA SA’A
· FA MAN KANA YARJU LIQAA RABBIHI FAL YA’MAL ‘AMALAN SHALIHA
· JAZA AN BIMA KANU YAKSIBUN
· INNA ALLADZINA AMANU WA ‘AMILUSH SHALIHATI KANAT LAHUM JANATU AL FIRDAUSI NUZULA KHALIDINA FIHA LA YABGUNA ‘ANHA HIWALA
· FA KHALAFA MIN BA’DIHIM KHALFUN ADHA’U ASH SHALATA WATTABA’U ASH SHYAHAWATA FA SAUFA YALQAUNA GHAYYA ILLA MAN TABA WA AMANA WA ‘AMILA SHALIHA FA ULAIKA YADHULUNA AL JANNATA WA LA YUDHLAMUNA SYAI A.


Apa pendapatmu tentang hadis ini :
“Islam di bangun atas lima pilar, bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah, mengerjakan shalat, melaksanakan zakat, puasa di bulan ramadhan, dan haji bagi yang mampu dalam perjalanannya” ?

Sedangkan Iman adalah perkataan dengan lisan, pembenaran dengan hati dan mengamalkan dengan angota badan. Dalil tentang amal-amal tidak terhitung jumlahnya.

Apabila ada seorang hamba masuk syurga dengan karunia Allah dan kemurahan-Nya. Tetapi setelah ia bersedia untuk taat dan beribadah keapada-Nya. Karena sesungguhnya
RAHMATALLAHI QARIBUM MINAL MUHSININ

Kemudian kalau dikatakan dia masuk syurga hanya dengan iman semata, aku katakan: Ya, tetapi kapan ia akan sampai? Dan banyak tanjakan yang harus didaki yang akan memotongnya untuk dapat sampai kesana? Dan hal pertama dari tanjakan-tanjakan iman itu adalah tanjakan iman. Apakan dia selamat dari tanjakan iman itu atau tidak? Dan ketika sampai apakah ia dalam keadaan kere dan bangkrut?

Sedangkan Hasan Basri berkata: “Allah berkata kepada hamba-hambanya pada hari kiamat, Masuklah kalian semua! Wahai hamba-hamba ku! Ke syurga dengan rahmatku dan ambillah bagianmu masing-masing sesuai dengan amal kalian!”.


NASEHAT KEEMPAT

Wahai Anakku, Sesuatu yang tidak engkau kerjakan tidak akan mendapatkan pahala. Di ceritakan bahwa seorang laki-laki dari bani Israil telah mengabdi kepada Allah SWT. Selama tujuh puluh tahun. Kemudian Allah melemparkan orang itu kepada Malaikat. Kemudia Allah mengutus malaikat-malaikat yang memberikan kabar bahwa Orang itu, dengan ibadah-ibadah yang telah dilakukannya itu, tidak pantas untuk masuk syurga. Ketika didatangi malaikat sang hamba berkata: Kami di ciptakan untuk beribadah, maka sudah seharusnya bagi kami untuk beribadah kepada-Nya. Ketika malaikat-malaikat itu kembali, mereka berkonsultasi kepada Allah: Tuhanku engkau lebih tahu dengan apa yang dia katakana. Kemudian Allah berfirman : “Ketika dia tidan pernah berpaling dari beribadah kepada-Ku maka kami dengan kemurahan hati tidak akan berpaling darinya. Saksikanlah wahai para malaikatku sesungguhnya aku telah mengampuninya”.

Rasulullah SAW bersabda: “Hisablah dirimu sebelum kalian dihisab, dan timbanglah amalmu sebelum kalian di timbang”

Ali KW berkata: Barang siapa yang mengira tanpa dengan bersungguh-sungguh (beramal/juhd) akan masuk syurga maka ssungguhnya ia sedang berkhayal (tidak realists), dan barang siapa yang mengira mengganti bersungguh-sungguh (beramal/juhd) dengan yang lain, akan masuk syurga maka sesungguhnya ia sedang sombong (cepat puas).

Hasan ra berkata : Menuntut syurga tanpa beramal adalah sebuah dosa dari dosa-dosa.
Dia juga berkata: Ciri hakikat adalah tidak mempersoalkan amal bukan meninggalkan-nya.

Rasulullah SAW bersabda : Orang yang pandai adalah orang yang merendahkan dirinya dan beramal untuk bekal setelah mati, oran yang bodoh adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan mengharapkan keamanan kepada Allah SWT.


NASEHAT KELIMA

Wahai Anakku, berapa banyak malam-malam mu engkau hidupkan untuk mengulang pelajaran dan muthala’ah (menganalisa) buku, dan mengharamkan dirimu untuk tidur?

Aku tidak tahu apa tujuan begadang itu? Apabila ia bertujuan untuk mendapatkan dunia dan harta benda duniawi dan menghasilkan jabatan dan kesombongan kepada teman misalnya, maka kecelakaan bagimu kemudian kecelakaan bagimu. Dan apabila niat mu begadang itu untuk menghidupkan syari’at Nabi SAW, dan mendidik akhlakmu serta menundukkan nafsu yang memerintahkan kepada keburukan (Nafsu amarah bis su’), maka berbahagialah kamu kemuadia berbahagia.

Maka benarlah orang yang mengatakan syair:
Terjaganya mata selain untuk Wajahmu adalah sebuah kesia-siaan
Dan menagisnya yang bukan karena kehilangan-Mu adalah sebuah kebatilan


NASEHAT KEENAM

Wahai Anakku, Hiduplah sesukamu (tapi ingat) sesungguhnya engkau akan mati, Cintailah sesukamu (tapi ingat) sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya, dan beramallah sesukamu (tapi ingat) sesungguhnya engkau akan dibalas.


NASEHAT KETUJUH

Wahai Anakku, Tidak ada yang engkau hasilkan dari ilmu yang engkau punya, seperti ilmu kalam, khilaf, kedokteran, obat-obatan, syair, perbintangan/ astronomi, materi, nahwu, sharf, selain menghabiskan umur ketika dilakukan tanpa Allah SWT.

Aku pernah baca dalam Kitab Injil (Bibel) nya Nabi Isa AS, bahwa: Ketika seorang mayit (jenazah) diletakkan dalam peti kemudian akan di letakkan di tepi kuburan, Allah SWT dengan keagungannya bertanya kepadanya empat puluh pertanyaan. Yang pertama Allah bertanya: Wahai hambaku, engkau bersih dihadapan makhluk/ manusia selama bertahun-tahun, sedangkan engkau tidak sesaat pun bersih dihadapan-Ku. Padahal setiap hari hati nuranimu mengisyaratkan. Allah berfirman: Mengapa engkau melakukan nya untuk selain Aku sedangkan engkau dipenuhi oleh kebaikan-kebaikan-Ku? Apakah kamu bisu tidak mendengar!


NASEHAT KEDELAPAN

Wahai Anakku, Ilmu tanpa amal adalah kegilaan, dan amal tanpa ilmu tidak ada artinya apa-apa.

Dan ketahuilah, sesungguhnya ilmu yang tidak tidak menjauhkanmu pada hari ini dari kemaksiatan dan tidak mendorongmu kepada taat kepada Allah SWT, tidak akan menjauhkanmu kelak dari api neraka. Dan ketika engkau tidak beramal dengan ilmu mu pada hari ini dan tidak saling memperbaiki (kesalahan) di hari-hari yang telah lalu, maka engkau akan mengatakan kelak pada hari kiamat: FARJI’NA NA’MAL SHALIHA (Kemablikanlah kami (kedunia) maka kami akan berbuat baik). Kemudian di jawab: Bodoh! Baru saja kamu datang dari sana!


NASEHAT KESEMBILAN

Wahai Anakku, Jadilah orang yang semangat (memperbaiki/ dominan) dalam masalah ruhani dan devian dalam jiwa, dan mati dalam hal jasmani, karena tempatmu adalan kuburan. Dan ahli kubur menunggumu setiap saat, kapan engkau sampai ke mereka. Berhati-hatilah jangan sampai masuk ke mereka tanpa dengan bekal.
Abu Bakar Shiddiq berkata: Jasad ini adalah sangkar burung dan kandang ternak, maka berfikirlah dalam jiwamu, dari manakah kamu (dari keduanya itu)? Apabila engkau berasal dari burung-burung syurgawi yang tinggi, maka ketika mendengar suara (bel) IRJI’I ILA RABBIKI engkau akan terbang dengan mulus sampai mencapai gerbang syurga tertinggi, seperti sabda Rasulullah SAW: Arsy Ar Raman bergetar ketika, disebabkan oleh meninggalnya said bin Muadz.
Dan naudzubillah, ketika engkau berasal dari hewan-hewan ternak seperti firman Allah SWT: ULAIKA KAL AN’AMI BAL HUM ADHOLL (Mereka seperti hewan ternak dan lebih buruk lagi), maka kepindahanmu tidak menguntugkanmu dari rumah yang sempit menuju kepada kecuraman api neraka.

Diceritakan bahwa Hasan Al Bashri ra. Di beri minuman dari air yang sejuk, maka dia ambil gelas dan kemudian pingsan dan terjatuhlah gelas itu dari tangannya. Ketika sadar, beliau ditanya: Kenapa ya Aba Said? Belia menjawab: Aku teringat permohonan ahli neraka ketika mereka memohon kepada ahli syurga: AN AFIDUU ALAINA MINAL MA I AW MIMMA RAZAQAKUMULLAH (Berikan kepada kami air atau apa yang telah Allah berikan kepada kalian)


NASEHAT KESEPULUH

Wahai Anakku, Seandainya Ilmu an sich sudah cukup, dan tidak memerlukan amal selain hanya ilmu saja, maka panggilan : HAL MIN SAILIN? HAL MIN MUSTAGHFIRIN, HAL MIN TAIBIN? Sia-sia tanpa manfaat.

Diriwayatkan bahwa jamaah dari para Sahabat ra. Menceritakan Abdullah bin Umar ra. Kepada Rasulullah SAW. Rasul bersabda: “Sebaik-baik orang adalah dia, seandainya dia shalat di malam hari”. Kemudian Rasulullah SAW bersabda kepada salah satu sahabatnya: “Wahai fulan, jangan terlalu banyak tidur, karena sesungguhnya banyak tidur di malam hari membuat miskin (pelakunya) di hari kiamat”.


NASEHAT KESEBELAS

Wahai Anakku, WAMINALLAILI FATAHAJJAD BIHI NAFILATAN LAKA adalah perintah. WABIL ASHARI HUM YASTAGFIRUN adalah syukur, WAL MUSTAGH-FIRUNA BIL ASHAR adalah dzikir.

Rasulullah bersabda: “Tiga suara yang di sukai oleh Allah, suara ayam jago, suara orang yang membaca al qur’an, dan suara orang yang beristighfar (minta ampun) di waktu sahur.”

Sufyan al Tsauri ra berkata : Sesungguhnya Allah SWT menciptakan angina yang berhembus pada waktu sahur dan membawa dzikir-dzikir dan istighfar kepada Allah Malikil Jabbar.

Sufyan juga berkata : “Pada awal malam seorang penyeru memanggil dari bawah ‘Arsy : Wahai para ahli ibadah bangunlah! Kemudian mereka bangun dan shalat. Ma Sya’a Allah. Kemudian sang penyeru Memanggil (lagi) pada tengah malam (setelah awal malam) Wahai orang-orang yang taat kepada Allah, bangunlah! Kemudian mereka bangun dan shalat sampai dating waktu sahur, dan ketika waktu sahur itu si Penyeru memanggil (lagi) Wahai para Mustaghfirin (yang meminta ampunan Allah) bangunlah! Maka mereka (pun) bangun dan beristighfar (kepada Allah). Dan ketika fajar menyingsing si Penyeru memanggil (lagi) Wahai para Ghafilun (yang lalai) bangunlah! Kemudian mereka bangun dari tempat tidurnya seperti mayit yang di bangkitkan dari kuburnya”.


NASEHAT KEDUA BELAS

Wahai Anakku, Di ceritakan dalam wasiat-wasiat Luqman Al Hakim kepada anaknya. Lukaman berkata : Wahai anakku, jangan sampai ayam jago lebih pintar dari pada kamu. Dia berkokok pada waktu sahur sedangkan kamu masih lelap tidur. Sangat baik orang yang bersyair:

Seekor merpati telah berkicau di tepi malam,
Di tempat tidur kita masih terlelap tidur,

Aku berdusta, seandainya kepada Baitullah aku rindu,
Ketika sang merpati mendahului ku berkicau dengan tangis,

Aku merasa bingung dan merasa aneh,
Kepada Tuhan ku aku tidak pernah menangis sementara para hewan menangis.


NASEHAT KETIGA BELAS

Wahai Anakku, Intisari ilmu adalah engkau mengetahui apa itu taat dan ibadah.

Ketahuilah Taat dan Ibadah adalah mengikuti pembuat Syari’at (Allah) dalam melaksanakan perintah-Nyad dan menjauhi larangan-Nya dengan ucapan dan perbuatan. Yaitu, semua yang engkau katakana, perbuat dan tinggalkan adalah mengikuti syari’at. Seperti seandainta engkau berpuasa pada hari raya dan hari-hari tasyrik adalah melanggar Allah (ma’siat). Atau shalat dengan pakaian ghasab (pinjam tanpa izin), walaupun kelihatannya (tampaknya) kita sedang beribadah, sesungguhnya kita sedang melakukan dosa.


NASEHAT KEEMPAT BELAS

Wahai Anakku, Harus bagimu, menjadikan ucapanmu dan perbuatanmu sesuai dengan syariat. Karena ilmu dan amal yang tanpa mengikuti syari’at adalah sesat. Dan jangan sekali kali terpedaya oleh ucapan-ucapan eskatik kaum sufi ketika tidak sadarkan diri dan cerita-cerita bencana sufi. Sebab jalan menuju thariqah adalah dengan bersungguh-sungguh, memutus keinginan (syahwat) dan membunuh hawa nafsunya dengan pedang latihan. Tidak dengan cerita-cerita bencana sufi dan hal-hal yang tidak berguna (lainnya).

Ketahuilah, bahwa banyak bicara dan hati yang terkunci yang dipenuhi dengan kealpaan dan syahwat adlah tanda-tanda kesengsaraan. Maka ketika nafsu tidak di bunuh dengan kebenaran dan besungguh-sungguh maka hatimu tidak akan pernah hidup dengan cahaya-cahaya ma’rifat.

Ketahuilah bahwa sebagian maslahmu yang engkau pertanyakan kepadaku jawabanya tidak cukup denga tulisan dan ucapan, kalau hal itu sampai kepadamu kamu akan mengetahuinya, dan kalau tidak, maka untuk mengetahuinya adalah masalah yang tidak mungkin karena ia adalah sesuatu yang hanya bias dirasakan (dzauqiyah). Dan setiap sesuatu yang bersifat dzauqiyah (rasa) tidak bias disebutkan dengan ucapan seperti manisnya gula dan pahitnya obat tidak akan diketahui kecuali dengan merasainya.

Seperti di ceritakan bahwa seorang impotent menulis surat kepada temannya (bertanya) meminta di beritahu tentang enaknya berjima’, maka di jawab kepadanya, wahai fulan aku kira kamu hanya impotent saja, ternyata kamu selain impotent juga bodoh. Karena kelezatan ini dzauqiyah maka kamu akan mengetahuinya kalau kamu masuk kedalamnya. Kalau tidak bisa maka tidak dapat di terangkan dengan ucapan dan tulisan.


NASEHAT KELIMA BELAS

Wahai Anakku, Sebagian dari masalahmu adalah dari kategori ini. Adapun sebagian lagi yang dapat dijawab telah kami tulis dalam Ihya Ulumuddin dan lain-lain. Kami sebutkan disini sebagian dan Kami isyaratkan dengan :

Telah disyaratkan kepada salik (orang yang menuntut ilmu thariqat) empat hal:

Pertama : Niat yang benar tidak tercampur dengan bid’ah.

Kedua : Taubat Nasuha seteah itu tidak akan kembali lagi kepada kesalahan-
kesalahan

Ketiga : Meminta ridlo dan menyelesaikan permusuhan sampai tidak ada lagi hak
orang lain yang terampas oleh mu.

Keempat : Tuntulah ilmu syari’at sebatas untuk dapat melaksanakan perintah Allah SWT. Kemudian ilmu-ilmu akhirat yang akan membawa keselamatan.

Diriwayatkan bahwa Syibly ra. Telah belajar kepada empat ratus guru. Dan dia berkata: Aku telah membaca empat ribu hadits, kemudian aku memilih hanya satu hadits saja dan mengamalkannya, dan aku singkirkan yang lainnya selain itu, karena aku mendapatkan keselamatan dan sukses ku dalam hadits itu. Ilmu yang awal dan akhir semuanya terangkum di dalamnya dan aku cukup dengannya. Hadits itu adalah bahwa Rasulullah SAW bersabda kepada sebagian sahabatnya: Beramallah untuk duniamu sekedar hidupmu didalamnya, dan beramallah kamu untuk akhiratmu sekedar engkau kekal didalamnya, dan beramallah untuk Allah sekedar kamu butuh (sebutuh kamu) kepada-Nya, dan beramallah kamu untuk neraka sekedar kamu sabar (sekuat kamu disiksa) didalamnya.


NASEHAT KEENAM BELAS

Wahai Anakku, Seandainya kamu mengerti hadits diatas, maka tidak butuh kepada ilmu yang banyak. Dan renungkanlah cerita (hikayat) yang berikut ini. Pada suatu hari, Hatim bin Asham ra. Bercakap-cakap dengan temannya Syaqiq al Balkhi ra. Syaqiq berkata, “Anda telah menemaniku selama tiga puluh tahun, apa yang kamu dapatkan dalm rentang waktu itu? Hatim menjawab : “Aku mendapatkan delapan manfaat dari ilmu, dan itu membuatku merasa puas, karena saya berharap keselamatan dan kesuksesan dari nya. Syaqiq berkata: “Apa itu?”. Hatim menjawab:
Pertama, aku melihat manusia aku dapati tiap-tiap dari mereka mempunyai seorang kekasih yang di sayangi dan dirindukan, mereka saling mencintai dan menyayangi. Sebagian dari para terkasih itu menemaninya sampai mati, sebagian lagi sampai liang lahat, kemudian semuanya kembali dan meninggalkannya sendirian (dalam kubur) tidak ada satu pun yang mengikutinya masuk dalam liang lahat. Maka aku berfikir dan berasumsi bahwa, ‘sebaik-baik yang di cintai seseorang adalah apa yang menemaninya sampai liang kubur dan memberinya ketenangan di dalam kubur. Maka tidak aku temukan kecuali amal shalih, maka aku jadikan ia sebagai kekasihku sebagai penerang ku didalam kuburan, dan memberikanku ketenangan serta tidak akan meninggalkanku sendirian”.

Kedua, Saya melihat manusia, mereka mengikuti/ menurutkan hawa nafsunya dan berlomba-lomba untuk mengikuti hawa nafsu itu. Maka aku merenungkan/ ingat dengan Firman Allah : FA FAMMA MAN KHAFA MAQAMA RABBIHI WA NAHAN NAFSA ‘AN AL HAWA FA INNA AL JANNATA HIYA AL MA’WA (Sedangkan orang yang menahan hawa nafsunya maka sesungguhnya syurga disiapkan baginya). Aku yakin bahwa Al Qur’an adalah haq dan benar. Maka saat itu juga aku menghindari nafsuku dan bersiap-siap untuk mencegahnya dengan penuh kesungguhan dari hawa nafsunya. Sampai aku rela/ridlo dan taat kepada Allah SWT.

Ketiga, Aku melihat manusia setiap mereka bekerja untuk mengumpulkan harta dunia kemudian harta itu di konsumsi untuk dirinya sendiri, kemudian aku bandingkan dengan Firman Allah SWT: MA INDAKUM YANFADU WA MA INDALLAHI BAQ (Apa yang ada di sisimu adalah rusak dan apa yang disisi Allah adalah kekal). Maka aku ubah niatku mengumpulkan harta benda dunia untuk Allah SWT. Yaitu dengan membagikannya kepada fakir miskin untuk tabunganku disisi Allah SWT.

Keempat, Aku melihat sebagian manusia menduga bahwa kemuliaan dan keagungannya dengan memperbanyak pengikut dan kolega maka ia terpedaya dengan itu semua. Sebagian yang lain mengira bahwa kemuliaan dan keagungannya dengan berlimpah harta dan banyak anak dan bangga dengannya. Sebagial lagi yang lain mengira kemuliaan dan keagungannya dengan menggasab (korupsi) harta dan mendhalimi manusia yang lain serta mengalirkan darah mereka. Sebagian yang lain meyakini dengan merusak harta, berfoya-foya dan meghambur-hamburkanya. Maka aku teringat dengan firman Allah SWT: INNA AKRAMAKUM ‘INDALLAHI ATQAKUM (Sesungguhnya yang paling mulia disisi Allah adalah (mereka) yang paling bertaqwa). Maka (setelah itu) aku memilih taqwa dan meyakini bahwa Al Qur’an adalah haq dan benar dan persangkaan mereka semuanya adalah batil dan hanya sementara.

Kelima, Aku melihat manusia saling mencela satu dengan yang lainnya kemudian saling menggunjing yang satu dengan yang lain diakibatkan oleh hasud/iri hati terhadap harta dan kedudukan serta ilmu. Aku merenungkan firman Allah : NAHNU QASAMNA BAINAHUM MA’ISATAHUM FI AL HAYATI AL DUNYA (Telah kami bagi diatara mereka bagian mereka dalam kehidupan dunia). Maka aku mengetahui bahwa bagian (rizki) adalah dari Allah SWT sejak azali. Maka tidak ada alas an untuk hasud kepada siapapun dan ridlo dengan bagian dari Allah SWT.

Keenam, Aku melihat manusia saling bermusuhan satu dengan yang lainnya untuk sebuah tujuan dan sebab tertentu. Maka aku merenungkan firman Allah : INNA AL SYAITHANA LAKUM ‘ADUWWUN FATTAKHADUHU ADUWWA (Sesungguhnya syetan bagimu adalah musuh maka ambillah syetan sebagai musuh). Maka aku mengetahui bahwa tidak boleh memusuhi siapapun kecuali syetan.

Ketujuh, Aku melihat setiap orang berusaha dengan giat dan sangat bersungguh-sunguh mencari nafkah dan kehidupan sampai terjerembab kedalam syubhat dan haram. Kemudian menghinakan dirinya, dan mengurangi martabatnya. Aku teringat dengan firman Allah SWT. : WA MA MIN DAABATIN FI AL ARDI ILLA ‘ALALLAHI RIZQUHA (Tidak ada satupun yang melata di dunia kecuali telah ditentukan rizkinya oleh Allah). Maka tahulah aku bahwa rizkiku telah di tanggung oleh Allah SWT. Maka kemudian aku sibukkan diri untuk beribadah dan aku tidak tamak lagi kepada yang lainnya.

Kedelapan, Aku menyaksikan setiap orang bergantung/ menggantungkan diri kepada sesuatu yang diciptakan (makhluk) : sebagian kepada Dinar, dan Dirham. Sebagian lagi kepada harta dan kekuasaan, sebagian lagi kepada pekerjaan dan industri, sebagian yang lain kepada makhluk sesamanya. Maka aku teringat kepada Firman Allah SWT: WAMAN YATAWAKKAL ALALLAHI FAHUWA HASBUH INNALLAHA BALIGHU AMRIHI QAD JA’ALALLHAU LIKULLI SYAI’IN QADRA (Barangsiapa bertawakal kepada Allah maka ia dijamin Sesungguhnya Allah yang menyampaikan perintah, telah Allah ciptakan segala sesuatu menurut ukurannya). Maka aku bertawakkal kepada Allah karena Ia adalah penjaminku dan sebaik-baik wakil.

Maka kemudian Syaqiq berkata: Semoga Allah memberikan taufiq kepadamu. Aku telah mengamati Taurat, Injil, Zabur dan Qur’an, aku menyimpulkan bahwa kitab empat ini bermuara kepada delapan hal itu. Maka barangsiapa mengamalkan nya maka ia telah mengamalkan empat kitab ini.


NASEHAT KETUJUH BELAS

Wahai Anakku, Kamu telah mengetahui dari dua cerita tadi sebenarnya kamu tidak perlu banyak-banyak ilmu. Sekarang aku jelaskan kepadamu apa yang wajib bagi penempuh (salik) jalan haq (Allah) :

Ketahuilah bahwasannya perlu bagi Salik (penempuh jalan Allah) adanya guru (pengajar), mursyid (penunjuk) dan murabbi (pembimbing) untuk mengeluarkan akhlak yang buruk Salik dengan ajarannya. Dan mengganti nya dengan akhlak yang mulia. Tarbiyah (ajaran) pengajaran yang dimaksud adalah seperti yang dilakukan oleh petani yang mencabut duri-duri dan menyiangi tumbuh-tumbuhan liar di sekitar tanamannya. Agar tumbuh dengan baik dan memuaskan (perfect). Maka sebuah keharusan bagi si Salik seorang guru yang mengajarinya, mendidiknya dan membimbingnya kea rah jalan Allah. Karena sesungguhnya Allah mengutus Rasul kepada hambanya untuk menunjukkan jalan kepada-Nya. Dan ketika Nabi SAW wafat maka telah di siapkan pengganti untuk menggantikan tempatnya sampai mereka (umat) diberi petunjuk ke jalan-Nya. Dan syarat Guru adalah yang pantas sebagai ganti atas Rasulullah SAW. Yaitu dia harus ‘Alim (berilmu) akan tetapi tidak otomatis setiap yang ‘Alim dapat atau pantas menjadi pengganti. Dan saya jelaskan sebagian tanda-tanda nya secara global supaya tidak semua orang dapat mengaku bahwa ia seorang mursyid. Menurutku adalah: Pertama, orang yang berpaling dari hubbud dunya (cinta dunia) dan hubbul jah (cinta kedudukan/kekuasaan/pangkat). Kedua, Ia terhubung dengan seseorang yang arif (bashir) yang hubungan silsilahnya sampai kepada Rasulullah SAW penghulu para Nabi. Ketiga, Orang itu baik (muhsin) dalam menggembleng/melatih dirinya dengan sedikit makan, sedikit bicara dan sedikit tidur, banyak shalawat, sedekah, dan banyak berpuasa. Keempat, dengan mengikuti guru (syekh) yang Arif itu dapat mebuat baik akhlaknya secara historik seperti menjadi lebih sabar, rajin shalat, tambah bersyukur, bertambah tawakkal, bertambah yakin, bertambah qanaah, bertambah tenang diri, bertambah bijaksana, bertambah tawadlu, bertambah berilmu, bertambah jujur, bertambah malu, tepat kepada janji, berketetapan hati, tenang, tidak tergesa-gesa dan seterusnya. Semuanya itu adalah cahaya dari cahaya-cahaya Rasulullah SAW yang patut diikuti. Akan tetapi hal semacam itu sangat jarang sejarang belerang merah. Dan barang siapa yang di beri pertolongan (oleh Allah, saja) pasti akan menemukan guru yang seperti telahkami sebutkan diatas, kemudian guru itu akan menerimanya. Wajib bagi Salik untuk menghormatinya luar dan dalam. Adapun penghormatan luar yaitu tidak membantahnya dan tidak mencampuri urusannya dalam semua masalahnya. Walaupun dia tahu kesalahanya. Jangan menghamparkan sajadah didepannya kecuali waktu mau melaksanakan shalat dan apabila selesai melipatnya kembali. Jangan memperbanyak shalat-shalat sunnah di hadapannya. Dan melaksanakan apa yang diperintahkan syekh semampu dan kuasanya. Adapun penghormatan batin yaitu, semua yang didengar dan diterima dari syekh secara lahir tidak di tolak didalam batin. Baik perbuatan maupun ucapan. Supaya tidak disebut munafik. Apabila tidak mampu, jangan mengikutinya/ mengerjakannya sampai dapat menyerasikan antara lahir dan batin. Menjauhkan diri dari tempat orang yang berbuat tidak baik untuk mempersempit ruang gerak syetan dari bangsa jin dan manusia dari benteng hatinya, dan bersih dari kekuatan syetan. Atas segala hal, ia lebih memilih fakir dari pada kaya.

Kemudian ketahuilah sesungguhnya tasawuf ada dua macam karakteristik :
Pertama, Istiqamah (konsisten) dengan Allah SWT. Kedua, Berperilaku baik kepada manusia.
Maka barangsiapa yang istiqamah kepada Allah SWT dan akhlaknya baik kepada manusia dan memperlakukan mereka dengan bijaksana maka itu adalah Sufi. Istiqamah adalah memberikan bagian dirinya kepada perintah Allah SWT. Akhlak baik kepada manusia adalah dengan tidak menggiring manusia kepada keinginan dirimu, akan tetapi menggiring dirimu kepada keinginan mereka, sepanjang tidak menyalahi syari’at.

Kemudian kamu bertanya kepadaku tentang Ibadah (Ubudiyah). Ada tiga hal :
Pertama, menjaga perintah syari’at.
Kedua, Ridlo terhadap qada dan qadar dan qismah (bagian) dari Allah SWT.
Ketiga, mengabaikan ridlo dirimu demi mencari ridlo Allah SWT.

Kemudian kamu bertanya kepadaku tentang Tawakal. Tawakal adalah memperkokoh keyakinanmu kepada Allah SWT tentang apa yang telah di janjikan. Yakni kamu meyakini bahwa sesungguhnya apa yang di takdirkan untukmu pasti akan datang kepadamu. Walaupun seluruh manusia di dunia ini dengan sunguh-sungguh mencoba untuk mencegahnya. Dan apa yang tidak di tulis tidak akan sampai kepadamu walaupun seluruh manusia membantumu.

Kemudian engkau bertanya kepadaku tentang Ikhlas. Ikhlas adalah bahwasannya seluruh amalmu hanya untuk Allah SWT. Dan hatimu tidak mengharapkan pujian manusia dan tidak peduli terhadap ejekan mereka. Ketahuilah bahwa Riya berasal dari pengagungan makhluk. Terapi atas riya adalah melihat dan menganggap manusia rendah dibawah qudrat / taqdir. Seperti benda mati yang tidak dapat mendatangkan manfaat dan masaqat/bahaya untuk membebaskan dari riya kepada mereka. Dan ketika menganggap mereka mempunyai qudrat dan iradat maka Riya tidaka akan jauh dari dirimu.


NASEHAT KEDELAPAN BELAS

Wahai Anakku, Masalah-masalahmu yang lain sebagiannya tertulis dalam karangan-karanganku, maka carilah disana. Dan menulis sebagian yang lainnya adalah haram/dilarang. Amalkan apa yang telah kamu ketahui supaya terbuka apa yang belum kamu ketahui.


NASEHAT KESEMBILAN BELAS

Wahai Anakku, Mulai besok, janganlah kamu bertanya kepadaku tentang sesuatu yang menyulitkanmu kecuali dengan bahasa hati, karena Allah berfirman :
WALAU ANNAHUM SHABARUU HATTA TAHRUJA ILAIHIM LAKANA KHAIRAN LAHUM (Seandainya mereka sabar sampai dating kepada mereka maka lebih baik bagi mereka).
Dan terimalah nasehat Nabi Khidr AS. Ketika dia berkata:
FALA TASALNI ‘AN SYAIIN HATTA UHDITSA LAKA MINHU DZIKRA (Janganlah kamu (Musa) bertanya kepadaku tentang sesuatu sampai aku sampaikan kepadamu penjelasannya)

Janganlah terburu-buru sampai dating waktunya akan terbuka dan terlihat olehmu SAURIKUM AYATI FALA TASTA’JILUN (akan aku perlihatkan tanda-tanda-Ku kepadamu, maka jangan terburu-buru). Jangan bertanya kepadaku sebelum waktunya. Dan yakinlah/percayalah tidak akan sampai kecuali dengan sebuah perjalanan. Karena firman Allah SWT : AWALAM YASIRU FIL ARDI FAYANDHURU (apakah kamu sekalian tidak berjalan di muka bumi dan melihat)?


NASEHAT KEDUA PULUH

Wahai Anakku, Demi Allah, kalau kamu berjalan kamu akan melihat keajaiban-keajaiban di setiap tempat/ dimana-mana. Kerahkan Ruhani mu karena pangkal masalah ini adalah pengerahan Ruh. Seperti ucapan Dzun Nun Al Mishri ra. Kepada salah satu muridnya : “Kalau kamu mampu untuk mengerahkan Ruh maka kamu naik/meninggi. Kalau tidak mampu, jangan menyibukkan diri dengan kegiatan Sufi yang tidak bermanfaat.”


NASEHAT KEDUA PULUH SATU

Wahai Anakku, Aku nasehatkan kamu dengan delapan hal. Terimalah itu dariku supaya ilmumu tidak menjadi musuhmu kelak pada hari kiamat. Kamu amalkan empat diantaranya dan tinggalkan/hindari empat yang lainnya.

Empat hal yang harus dihindari adalah :

PERTAMA,

(Sebisa mungkin) jangan mendebat orang dalam masalah apapun yang tidak kamu kuasai. Karena hal itu didalamnya terdapat bahaya yang sangat banyak. Dosanya lebih besar dari pada manfaatnya. Hal seperti itu adalah sumber segala akhlak yang merusak/tercela seperti Riya, Hasud, Sombong, Dengki, Permusuhan, Keangkuhan, dan seterusnya. Tetapi apabila ada sebuah masalah diantara kamu dan seseorang atau masyarakat, dan maksudmu/niatmu adalah untuk memperlihatkan yang hak dan tidak sia-sia, maka boleh membahasnya tetapi untuk maksud seperti itu ada dua ciri/tanda : Satu, Jangan membeda-bedakan apakah kebenaran itu terungkap oleh ucapanmu atau melalui ucapan selain dirimu. Dua, Kamu lebih suka pembahasan itu terjadi di tempat yang sepi dari pada ditempat yang ramai. Dengarkan bahwa sesungguhnya aku telah memaparkan kepadamu disini sebuah faidah, dan ketahuilah bahwa soal sulitnya memberitahu tentang penyakit hati kepada dokter, maka jawabanya adalah berusaha untuk menyembuhkan penyakitnya. Dan ketahuila bahwa para jahilin (orang-orang bodoh) yang hatinya berpenyakit, dan ulama yang dokter, dan ‘alim yang kurang paripurna tidal dapat mengobati. Dan ‘Alim yang sempurna (pun) tidak dapat mengobati seluruh orang yang sakit, akan tetapi hanya mengobati orang yang menerima pengobatan dan ingin sembuh saja. Dan ketika penyakit itu menahun atau sudah kronis tidak akan menerima pengobatan dan menghindari dokter dengan alasan hal itu tidak membutuhkan pengobatan maka janganlah menyibukkan diri untuk mengobatinya karena hal itu hanya menghamburkan umur saja. Kemudian ketahuilah bahwa sesungguhnya penyakit kebodohan ada empat macam : Salah satunya bisa di obati dan yang lain tidak. Diantara yang tidak dapat diobati :

Satu, Orang yang pertanyaannya dan perdebatannya dengan Hasud dan Kebencian nya. Maka setiap kali pertanyaannya di jawab dengan jawaban yang terbaik, fasih dan terang pun tidak akan membuatnya puas kecuali malah menambah kebencian, permusuhan dan kedengkiannya. Maka jalan kelurnya adalah tidak usah menyibukkan diri untuk menjawabnya.
Setiap permusuhan ada harapan untuk hilang,
Kecuali permusuhan yang berdasarkan hasud/ iri dan dengki.

Maka kamu harus berpaling dan meninggalkan nya dengan penyakitnya itu. Allah berfirman :

FA A’RIDL ‘AMMAN TAWALLA ‘AN DZIKRINA WA LAM YURID ILLA AL HAYATI AL DUNYA
(maka berpalinglah dari orang yang berpaling dari ingat kepada-Ku dan tidak mengharapkan kecuali kehidupan dunia).

Hasud dengan setiap apa yang dikatakan dan dilakukan semuanya menyalakan api pada (membakar) tumbuhan amalnya. Seperti telah disabdaan Nabi SAW :

AL HASADU YA’KULU AL HASANAT KAMA YA’KULU AL NAR AL HATHABA (hasud memakan kebaikan-kebaikan seperti api melahap kayu).

Dua, Penyakit yang disebabkan oleh kebodohan (ketololan), ini juga tidak akan sembuh. Seperti yang di katakana Isa AS : “Aku tidak mempunyai kesulitan untuk menghidupkan orang mati tapi aku mempunyai kesulitan untuk mengobati orang yang bodoh”. Itu adalah seseorang yang menyibukkan diri untuk menuntut ilmu dalam waktu yang tidak lama, dan belajar sesuatu tentang ilmu logika (akal) dan syar’i kemudian berdebat dengan kebodohannya dengan Ulama Besar yang telah menghabiskan umurnya dalam ilmu-ilmu logika dan syar’i, dan si bodoh itu tidak mengetahui dan mengira bahwa apa yang tidak dimengerti olehnya juga tidak di mengerti oleh ulama besar itu. Maka apabila tidak tahu tentang keadaan ini, maka pertanyaannya dari sebuah kebodohan/ketololan. Maka jangan menyibukkan diri untuk menjawabnya.

Tiga, Seorang Mustarsyid (murid/pelajar), dan setiap yang tidak dipahaminya dari perkataan yang besar dikarenakan oleh kedangkalan pemahamannya. Dan pertanyaannya sebenarnya adalah untuk mencari tahu. Akan tetapi, karena kedunguan nya ia tidak menemukan hakikat (substansi). Maka tidak perlu bersusah payah untuk menjawabnya juga. Seperti yang di sabdakan Nabi SAW : NAHNU MA’ASYIRAL ANBIYA I UMIRNA AN NUKALLIMA AL NASA ‘ALA QADRI ‘UQULIHIM (Kami Para Nabi diperintahkan untuk berbicara dengan manusia setingkat dengan logika/daya tangkap akalnya)
.
Adapun (satu) yang dapat menerima/di obati adalah dia yang mencari tahu /Mustarsyid (murid/pelajar) yang pintar dan pandai, yang tidak dikendalikan oleh hasud/sifat iri dengki, kemarahan, cinta dengan syahwat, kedudukan dan materi. Dia adalah pencari jalan yang lurus. Pertanyaan dan penolakannya tidak dari sifat hasud, menjatuhkan dan menguji. Yang seperti ini, dia akan menerima obat, maka boleh menyibukkan diri untuk menjawab pertanyaan-pertanyaannya, bahkan wajib bagimu untuk menjawabnya.

KEDUA,

Dari yang dihindari, adalah takutlah/berhati-hatilah kamu dari menjadi (pemberi nasehat) penasehat dan pengingat (orang yang mengingatkan) karena ada malapetaka (afat) yang banyak. Kecuali kamu mengamalkan apa yang kamu katakana terlebih dahulu baru kemudian anda memberi nasehat kepada manusia. Maka fikirkanlah apa yang dikatakan kepada Isa AS. : YA IBNA MARYAMA ‘IDH NAFSAKA FAINITA’IDHTA FA ‘IDH AL NASA FA ILLA FA ISTAH MIN RABBIKA. (Wahai anak Maryam nasehatilah dirimu setelah itu baru kemudian nasehati manusia, kalau tidak, maka malulah kepada Tuhanmu).

Dan apabila kamu di uji dengan pekerjaan itu maka keluarlah dari (jauhilah/hindarilah) dua hal :
Pertama, Berlebih-lebihan dalam berbicara dengan ibarat, isyarat, thammat, abyat, asy’ar, karena Allah SWT membenci orang-orang yang berlebih-lebihan. Orang yang berlebihan yang melampaui batas menunjukkan kepada kurangnya/keringnya bathin dan alpanya hati. Makna tadzkir (mengingatkan) adalah mengingatkannya seorang hamba kepada api neraka di akherat dan kekurangan dirinya dalam menghamba kepada Pencipta/Khalik, dan berfikir kepada umurnya yang telah lewat yang telah dihabiskan untuk sesuatu yang tidak bermanfaat, dan berfikir pada rintangan-rintangan yang ada didepannya tentang ketidakselamatan khusnul khatimahnya, dan bagaimana keadaannya ketika malaikat maut mencabut nyawanya, dan apakah mampu untuk menjawab pertanyaan Munkar dan Nakir?
(bersambung.... ke bag.2)

Artikel Terkait

No comments:

 
;