Saturday, May 2, 2009

Surat Seorang Ukhty....

Surat Seorang Ukhty...
Tulisan di bawah ini saya temukan di note seorang perempuan yang saya temui di facebook. Ia bernama Amalia Magda Kuslarisa. Tulisan ini menarik saya untuk membaca, merenungi dan memahami apa maksud di dalamnya dan saya menemukan banyak hal di dalamnya. Saya berharap yang sama dengan anda setelah baca tulisan ini:
Surat Seorang Ukhty…
Friday, February 20, 2009 at 9:27pm
Bismillahhirrahmanirrahim

Semoga tangan ini tak salah menulis

Semoga hati ini tak salah menduga

Semoga mulut ini tak salah bicara

Aku mohon perlindungan-Mu ya Rabb, dari sesuatu yang tidak kuketahui dan dari hal-hal yang tak kumengerti, tersembunyi didalam hati dan tak Nampak oleh mata… Sehingga jangan sampai aku melukai saudaraku sendiri,,..Berdasarkan request seorang ukhty bernama Marolla, aku kirim surat ini untukmu..dan untuk semua ukhty2kuw...

Buat Ukhty laraz...mohon izin aku dah merenovasi ini...tapi makasiy bgt buat suratnya...

(18-10-2008)
Sore itu…aku menemukan sepucuk surat…dan tertulis “Surat untuk Chika”…aku pikir, itu bukan hakku untuk membacanya….tapi surat itu sengaja ia letakkan disana…agar para teman-temannya membacanya…dan dia berharap surat itu bisa ibaca umat yang lain dan siapapun yang membacanya bisa mengambil ilmunya…Subhanallah….

Dan surat itu aku baca…dan inilah…goresan hati seorang ukhty…

Bismillahirrahmaanirrahiim…..

“Apa kamu kira orang yang taat beragama itu tidak punya hati dan perasaan? Kami merasakan apa yang dirasakan orang lain. Namun kami dapat mengaturnya, hingga tak tenggelam oleh perasaan-perasaan…Kami mencintai dengan diam.Ketika tersiksa dan gelisah pun kami tetap diam, sambil memperlihatkan senyum di bibir.Kami berusaha menyembunyikan gelora yang meluap-luap di dalam dada.Kami menangis tanpa air mata.Kami sakit tanpa merintih.Kami melawan sejuta setan dan ifrit untuk dapat mengalihkan perhatian mata ini dari orang yang kami cintai.Aku selalu berusaha ghaddul bashar (menahan pandangan)….” (Our Wedding In Heaven, lupa hlm. berapa, hehe)

Ternyata begitu, Ukh. Orang yang beragama pun merasakan hal yang sama. Senang jika dekat dengan orang yang menarik hatinya, sedih dan rindu jika merasa jauh. Terbayang dalam mimpi dan rasa ingin memiliki bisa muncul begitu kuatnya.

Hanya saja, sebelum waktu itu tiba, mereka dapat mengaturnya…. dengan diam.

Aku menjawab, “Diam bukan dalam arti sebenarnya, mereka berpuasa…mereka sebenarnya bergerak!!! Yah bergerak mencari Ridho Allah…bergerak mencari ilmu…bergerak untuk bermunajah kepadaNya..bergerak untuk bangun di tiap-tiap malam-Nya…bergerak untuk mencari cinta yang hakiki…bergerak untuk menjaga aurat dan syahwatnya…bergerak untuk selalu ikhlas di jalan-Nya…tapi….hanya sebagian kecil yang mengerti…yaitu mereka yang memakai hati…mereka yang mengerti arti cinta yang hakiki..hanya orang yang dekat dengan Allah yang dapat memahami mereka…dan terlihatlah…siapa mujahid2 itu…!Subhanallah…seandainya semua orang didunia ini bisa mengerti perjuangan mujahid itu….Sungguh indah ya Allah…”

Yawh, sebagai pengingat bagiku bahwa sebelum halal dirinya atasku maka wujud mencintai itu adalah dengan diam, maka cinta itu akan nampak lebih terhormat dari sekedar PDKT, bahkan dengan bermacam hadiah pun. Karena cinta itu belum menemui muaranya….

Aku: “ Semua memang diawali dengan pertemuan yang indah…”

Karena hidup bukan hanya untuk satu cinta. Ada cinta lain yang lebih tinggi dan harusnya mendasari alasan kita untuk mencintai yang lain. Kadang dua cinta itu berseteru dalam diri kita, seakan menguji, mana yang akan kita pilih…

Aku :“Bener itu ukhty…cinta itu sering bersaing di hati…taoi percayalah..cinta dunia itu akan kita raih..itu juga seizing cinta-Nya …bukankah begitu?” n_n

Serupa nabi Luth yang antara perintah Allah, atau menolong istrinya, yang ditakdirkan-Nya masuk dalam kaum yang dibinasakan. Dan Nabi Luth lebih memilih Allah sebagai yang utama. Itu nabi lho, Ukh… Bahkan sang manusia terpilih pun bisa saja mengalami pertarungan dua cinta dalam jiwanya, pertarungan yang memaksa untuk memenangkan salah satunya.

Nggak ada yang salah saat kita tertarik pada seseorang, bahkan menyukainya karena pesona yang ada pada dirinya. Hanya saja, orang yang taat beragama lebih mampu mengatur perasaannya dibanding orang lain yang kurang pengetahuan agamanya. Cinta semacam ini cuma punya satu penyelesaian. Satu bentuk penyatuan sederhana, namun teguh dan bertanggung jawab, yaitu pernikahan. Semua cinta yang tak berujung di pelaminan harus diakhiri. Begitu kata Anis Matta dalam buku Serial Cinta-nya, Ukh…

Cinta itu satu kata yang sangat kuat, Ukh. Biar kata ia ditakdirkan jadi kata tanpa benda, ia serupa angin yang tak nampak tapi terasa. Seperti badai ombak yang menghancurkan kota, cinta punya kekuatan yang sebegitu dahsyatnya.

Aku: “Cinta…membuat kami melihat tanpa mata

mendengar tanpa suaraberbicara tanpa kata

Hanya ada hati dan rasa …”

Mencintai itu pekerjaan yang berat, Ukh…

Hmmm….. jelasnya lebih berat dari memegang jabatan bendahara, Ka BK Media dan staf PSDM pada saat yang bersamaan. Jika sedang malas atau bentrok, setidaknya hal2 itu masih bisa diwakilkan pada orang lain. Atau malah diabaikan begitu saja.

Tapi kalimat “Aku mencintaimu” sebenarnya memiliki makna yang jauh lebih besar dari dua kata itu sendiri.

Aku: “Padahal kata2 itu mudah ya di ucap? Mudaaaaah sekali… I LOVE U…AKU SAYANG KAMU…UHIBBUKAFILLAH…tapi, tanggung jawab dari kata2 itu…tidak mudah ukhty…butuh perjuangan…untuk membuktikannya…apalagi untuk mempertanggungjawabkan di hadapan Sang Pemilik Cinta itu sebenernya….bnr kan?”

Karena mencintai itu pilihan. Mencintai itu keputusan besar.Mencintai itu memberi, yang berarti ungkapan “Aku mencintaimu” adalah ungkapan lain dari “Aku akan memberimu sesuatu, aku akan memperhatikann dirimu dan semua situasimu untuk mengetahui apa yang kamu butuhkan untuk tumbuh menjadi lebih baik dan bahagia… dst.”

dan itu kan ngga bisa diwakilkan gitu aja ^_^

Cinta adalah emosi yang melebur dalam tindakan nyata. Tanpa perbuatan, cinta akan kehilangan kepercayaannya dan menjadi tak lebih dari rayuan di mulut.

Yawh, ngobush. Maafkan ak, …. Sebenarnya ini semua tak lebih dari upayaku untuk mengingatkan diriku sendiri. Maaf jika suatu hari nanti kau dapati ironi atas kata-kataku dan perbuatanku. Moga masih ada waktu untuk mengubah keadaan sehingga cinta diantara kita tak kehilangan integritasnya

Aku : “Semoga masih ada waktu ukhty...semoga masih ada…”

Ukh, semua cinta yang tak berujung ke pelaminan haruslah diakhiri. Jika kita mengaku beriman dan taat beragama, maka semestinya kita adalah orang yang tahu cara mengatur perasaan kita sendiri. Sebelum “saat” itu tiba, perhatian khusus itu tak ada. Kalaupun ada, perhatian itu tanpa nama, sehingga masing-masing kita bisa menjaga hati dan kesucian jiwanya, hihihi….

Aku: “Terkadang tanpa perhatian seperti inilah…kita di katakan diam!!! Tak berjuang….justru…ketika perhatian itu belum halal…itu sedang berjuang menjagamu hati…mengertilah…”desahku dengan emosi..

Dan,…

Jika sampai mati pun tak bisa bersamanya,…?Ukh, benarkah jika jihad melawan hawa nafsu, serupa dengan jihad di medan perang, bahkan lebih dahsyat kesulitannya?

Aku: “Sungguh sulit ukhty…sangat…aku tidak munafik itu…sangat sulit…apalagi untuk yang terlalu jauh dari orbit itu…sulit untuk memperjuangkannya…”rintihku sakit….betapa kerasnya aku….

dan benarkah jika balasan bagi orang yang wafat saat berjihad adalah syahid?

Aku : “ Allahu Akbar…hanya Engkau ya Allah yang pantas membalasnya…Engkau yang mengetahui isi hati kami….Sungguh hanya Engkau yang mengetahui apa yang kami sembunyikan di hati ini….mungkin orang tak tau…tapi Engkau, sekecil apapun, selembut apapun perasaan itu…Engkau ya Allah yang mengetahuinya….”

maka apakah dengan mengalahkan hawa nafsu diri untuk mencintai sebelum waktunya, dengan mencintai dalam diam sampai mati juga adalah syahid???

Wallahu a’lam…

Aku : “Ya Allah saksikan pengorbanan sahabat2kuw….lindungilah mereka…berikan mereka kesabaran diatas kesabaran itu….”

Jika bukan, setidaknya itu adalah ikhtiyar untuk taat pada perintah Allah untuk tidak pacaran dan menjalin hubungan sebelum pernikahan….“

Semoga balasan dari Allah lebih indah dari segalanya….”

Jika iya, maka pantaslah jika surga balasannya. Sebagaimana surga adalah pusat segala kenikmatan, maka pernikahan di surga, adalah keindahan yang tak pernah bisa dibayangkan oleh akal manusia.

Semangat untuk saling mengingatkan, Ukhtiy…

Walau aku sadar, berat bagiku untuk menerima kritikan dari orang lain, aku tahu aku bukan malaikat yang selalu benar tanpa cela. Jadi, kalau memang aku salah, ya harus siap diingatkan dan ga boleh marah. ^_^

“ingatkan aku juga!!! Sungguh mulut ini manis, namun untuk istiqomah dengan apa yang kita yakini sulit….bisa jadi nasehat2 ini adalah bumreng untuk kita….semoga kita istiqomah dengan ilmu yang kita punya”

Smangat!!Untuk cinta dalam hati…Untuk Ridho-Nya…Untuk surga, yang luasnya seluas langit dan bumi..Wallahu a’lam bisshawabrumah, 2 Oktober 2008

Referensi:
- Our Wedding In Heaven by ‘Azzam Hadban
- Serial Cinta by Anis Matta

**************************************

Kututup surat itu…. Dan aku tau, hidupku tak berhenti sampai disini….aku berhak menjadi orang yang bahagia…merdeka…dan aku berhak mendapat tempat terindah dari-Nya….
“Sudah kutulis semua…butuh hati untuk menerjemahkannya…waktu yang memahaminya…dan Hanya Engkau ya Rabb…yang memutuskan-Nya”

Artikel Terkait

7 comments:

Muklis|BBM said...

loving married, salam kenal mas dan tetep take action ya

Ahmad Wasim said...

Terima kasih sudah komen. Salam kenal juga. Aksi adalah kontemplasi tertinggi...

Irwan M Santika. said...

Artikel yang sungguh bermanfaat, menambah pengetahuan dan bisa saling berbagi.sukses selalu.
Semoga blog ini semakin memberi yang terbaik bagi netter Indonesia.

Ahmad Wasim said...

Thanks Irwan..

Unknown said...

tulisan yg memberikan pencerahan.......

Ahmad Wasim said...

makasih wulan...

heru - mlg said...

jazakillaahu khayr atas tulisan yg membuka wawasan kami...
Mohon ijin copy paste ya akh..

 
;