Wednesday, May 13, 2009

WAHAI ANAKKU bag.1

WAHAI ANAKKU
Diterjemahkan dari Kitab Ayyuhal Walad.
(Syeikh Hujjatul Islam Al Ghazali)
Oleh: Ahmad Wasim


MUKADDIMAH

BISMILLAHIRROHMAANIRROHIIM

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Akibat baik hanya untuk orang-orang yang bertaqwa. Shalawat dan salam bagi Nabi-Nya Muhammad SAW, keluarganya semua. Amin

Ketahuilah bahwa salah satu dari murid / santri dulu yang biasa berhidmat kepada Syekh Zainuddin Hujjatul Islam Abu Hamid Muhammad Al Ghazali, Mudah-mudahan Allah membersihkan ruhnya, sibuk belajar dan membaca ilmu sampai memperoleh sangat banyak ilmu, dan mendapatkan kesempurnaan jiwa. Kemudian, suatu ketika ia berfikir, dan terbersit dalam hatinya dan berkata: “Sesungguhnya aku telah membaca bermacam-macam ilmu (pengetahuan) dan menghabiskan sebagian umurku untuk mempelajari dan mengkodifikasikannya, sekarang saatnya bagiku untuk mengetahui yang mana yang akan bermanfaat bagiku suatu hari nanti dan menemaniku dalam kuburanku kelak, dan mana yang tidak bermanfaat bagiku dan akan aku tinggalkan, seperti sabda Rasulullah SAW: “Ya Allah Aku berlindung kepadamu dari ilmu yang tidak bermanfaat”.

Fikiran ini terus terngiang dalam hatiku sampai aku menulis surat kepada syaikh Hujjatul Islam Muhammad Al Ghazali, semoga Allah merahmati beliau, (yang isinya) meminta fatwa dan menanyakan beberapa masalah, memohon nasehat dan doa. Surat itu berisi: Walaupun karangan-karangan Syeikh seperti Ihya Ulumuddin dan lain-lainnya terdapat jawaban atas persoalan-persoalanku, tetapi maksudku adalah semoga Syeikh berkenan untuk menuliskannya dalam lembaran kertas yang akan mengiringiku selama hidupku, dan mengamalkan yang ada didalamnya selama umurku, insya Allah.

Kemudian Syeikh menuliskan Risalah ini sebagai jawabannya. Wallahu A’lam.

***



Ketahuilah, Wahai Anakku yang tercinta dan terhormat –semoga Allah memanjangkan umurmu dalam taat kepada-Nya, dan menuntun mu ke jalan para kekasih (yang dicintai)-Nya-- sesungguhnya banyak nasehat telah tertulis dalam banyak buku-buku (risalah). Seandainya salah satunya telah sampai kepadamu, maka tidak perlu lagi engkau atas nasehatku. Dan seandainya belum sampai kepadamu, aku hanya ingin berkata: “Apa yang anda dapatkan di tahun-tahun yang telah lalu?”


NASEHAT PERTAMA

Wahai Anakku, Dari sekian banyak nasehat yang Rasulullah SAW nasehatkan kepada umatnya adalah sabdanya:
“Tanda-tanda Allah berpaling dari seorang hamba adalah ketika hamba itu sibuk dengan sesuatu yang tidak bermanfaat baginya. Apabila seseorang menyia-nyiakan umurnya sesaat saja kepada sesuatu yang bukan ibadah, maka pantaslah baginya memperpanjang kesedihannya, dan barang siapa telah melewati umur 40 tahun dan kebaikannya tidak mengalahkan keburukannya maka bersiap-siaplah masuk api neraka”.

Dan nasehat ini cukup (di mengerti) bagi orang-orang yang berilmu.


NASEHAT KEDUA

Wahai Anakku, Nasehat itu mudah dan yang sulit adalah menerimanya, karena rasa nasehat bagi mereka yang mengikuti hawa nafsunya adalah pahit karena sesuatu yang dilarang lebih disukai oleh hatinya. Dan Lebih khusus lagi bagi mereka penuntut ilmu formal, dan sibuk mencari prestise dan prestasi/kepangkatan duniawi. Dia mengira bahwa dengan ilmu an sich akan membuatnya sukses dan berhasil, dan tidak memerlukan amal. Ini adalah keyakinan para filosof, subhanallah al ‘adhim. Mereka tidak tahu –tertipu-- bahwa ketika mendapatkan ilmu, kemudian tidak beramal dengannya maka sesungguhnya siksaan kepadanya lebih berat, seperti sabda Rasulullah SAW:

“Manusia yang adzabnya paling pedih pada hari kiamat adalah seorang ‘alim yang oleh Allah tidak bermanfaat dengan ilmunya itu”

Di ceritakan, bahwa Junaid, semoga Allah membersihkan jiwanya, di mimpikan setelah beliau meninggal. Beliau di tanya: ”Apa kabar wahai Abal Qasim?” Beliau menjawab: “Semua ibarat-ibarat itu musnah, dan isyarat-isyarat itu telah di lenyapkan, semuanya tidak bearti, kecuali beberapa rakaat yang kita lakukan di tengah keheningan malam”.


NASEHAT KETIGA

Wahai Anakku, Janganlah menjadi orang yang bangkrut amal, dan jangan menjadi orang yang sunyi/ jauh dari keadaan-keadaan ruhani. Yakinlah bahwa ilmu an sich tidak berguna. Sebagai ilustrasi, seandainya seorang laki-laki di padang sahara dengan sepuluh pedang yang sangat tajam dan beberapa senjata yang lainnya, sedangkan laki-laki itu adlah seorang pemberani dan petarung sejati, kemudian dia dihadang oleh Singa yang sangat besar dan menyeramkan, menurut mu apa yang dia lakukan? Apakah senjata itu melindunginya tanpa menggunakannya dan mengayunkannya? Yang terjadi adalah senjata-senjata itu tidak kan menyelamatkanya kecuali dengan menggerkannya dan memukulkannya. Seperti itulah seandainya seseorang membaca seratus ribu masalah-masalah ilmiyah dan mempelajarinya dan tidak beramal dengan apa yang dipelajarinya itu. Semuanya tidak memberi manfaat kecuali dengan mengamalkannya. Ilustrasi yang lain, seandainya seseorang terserang demam dan sakit (kuning) dan kesembuhannya dengan pil dan obat-obatan, maka tidak akan sembuh kecuali dengan menggunakan pil dan obat-obatan itu.

Andai engkau menimbang dua ribu botol minuman keras,
Tidak akan menjadikanmu mabuk kalau tidak di minum

Seandainya engkau membaca (mempelajari) ilmu selama seratus tahun, dan mengkodifikasikan seribu kitab, semuanya tidak akan menjadikan nya siap mendapat rahmat dari Allah SWT, kecuali dengan beramal/mengamalkan.

• WA AN LAISA LIL INSANI ILLA MA SA’A
• FA MAN KANA YARJU LIQAA RABBIHI FAL YA’MAL ‘AMALAN SHALIHA
• JAZA AN BIMA KANU YAKSIBUN
• INNA ALLADZINA AMANU WA ‘AMILUSH SHALIHATI KANAT LAHUM JANATU AL FIRDAUSI NUZULA KHALIDINA FIHA LA YABGUNA ‘ANHA HIWALA
• FA KHALAFA MIN BA’DIHIM KHALFUN ADHA’U ASH SHALATA WATTABA’U ASH SHYAHAWATA FA SAUFA YALQAUNA GHAYYA ILLA MAN TABA WA AMANA WA ‘AMILA SHALIHA FA ULAIKA YADHULUNA AL JANNATA WA LA YUDHLAMUNA SYAI A.


Apa pendapatmu tentang hadis ini :
“Islam di bangun atas lima pilar, bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah, mengerjakan shalat, melaksanakan zakat, puasa di bulan ramadhan, dan haji bagi yang mampu dalam perjalanannya” ?

Sedangkan Iman adalah perkataan dengan lisan, pembenaran dengan hati dan mengamalkan dengan angota badan. Dalil tentang amal-amal tidak terhitung jumlahnya.

Apabila ada seorang hamba masuk syurga dengan karunia Allah dan kemurahan-Nya. Tetapi setelah ia bersedia untuk taat dan beribadah keapada-Nya. Karena sesungguhnya
RAHMATALLAHI QARIBUM MINAL MUHSININ

Kemudian kalau dikatakan dia masuk syurga hanya dengan iman semata, aku katakan: Ya, tetapi kapan ia akan sampai? Dan banyak tanjakan yang harus didaki yang akan memotongnya untuk dapat sampai kesana? Dan hal pertama dari tanjakan-tanjakan iman itu adalah tanjakan iman. Apakan dia selamat dari tanjakan iman itu atau tidak? Dan ketika sampai apakah ia dalam keadaan kere dan bangkrut?

Sedangkan Hasan Basri berkata: “Allah berkata kepada hamba-hambanya pada hari kiamat, Masuklah kalian semua! Wahai hamba-hamba ku! Ke syurga dengan rahmatku dan ambillah bagianmu masing-masing sesuai dengan amal kalian!”.


Artikel Terkait

No comments:

 
;