Friday, May 15, 2009

WAHAI ANAKKU bag.8

Sehubungan dengan makin sulit dan rumitnya materi yang akan diterjemahkan (menurut kemampuan saya tentunya) dan sedikitnya waktu yang tersedia untuk menterjemahkan, maka terjemahan AYUHAL WALAD akan terus saya usahakan, walaupun dengan cara sedikit demi sedikit. Yang terpenting adalah kualitas terjemahan tetap terjaga.

Di bawah ini akan ada sedikit pengulangan dari terjemahan sebelumnya (NASEHAT KEDUA PULUH SATU) untuk menghindari kebingungan bagi para pembaca, karena terjemahan sebelumnya berhenti tidak di tempat (paragraf) yang semestinya. Tanpa banyak basa basi lagi, silahkan simak selengkapnya di bawah ini.

KEDUA,

Dari yang dihindari, adalah takutlah/berhati-hatilah kamu dari menjadi (pemberi nasehat) penasehat dan pengingat (orang yang mengingatkan) karena ada malapetaka (afat) yang banyak. Kecuali kamu mengamalkan apa yang kamu katakana terlebih dahulu baru kemudian anda memberi nasehat kepada manusia. Maka fikirkanlah apa yang dikatakan kepada Isa AS. : YA IBNA MARYAMA ‘IDH NAFSAKA FAINITA’IDHTA FA ‘IDH AL NASA FA ILLA FA ISTAH MIN RABBIKA. (Wahai anak Maryam nasehatilah dirimu setelah itu baru kemudian nasehati manusia, kalau tidak, maka malulah kepada Tuhanmu).

Dan apabila kamu di uji dengan pekerjaan itu maka keluarlah dari (jauhilah/hindarilah) dua hal :
Pertama, Berlebih-lebihan dalam berbicara dengan ibarat, isyarat, thammat, abyat, asy’ar, karena Allah SWT membenci orang-orang yang berlebih-lebihan. Orang yang berlebihan yang melampaui batas menunjukkan kepada kurangnya/keringnya bathin dan alpanya hati. Makna tadzkir (mengingatkan) adalah mengingatkannya seorang hamba kepada api neraka di akherat dan kekurangan dirinya dalam menghamba kepada Pencip-ta/ Khalik, dan berfikir kepada umurnya yang telah lewat yang telah dihabiskan untuk sesuatu yang tidak bermanfaat, dan berfikir pada rintangan-rintangan yang ada didepannya tentang ketidakselamatan khusnul khatimahnya, dan bagaimana keadaannya ketika malaikat maut mencabut nyawanya, dan apakah mampu untuk menjawab pertanyaan Munkar dan Nakir? Dan mengkonsentrasikan diri kepada keadaanya pada hari kiamat dan tempat-tempatnya (mawaqifiha). Dan Apakah akan melewati “shirath”/jalan besar dengan selamat atau akan jatuh ke jurang (hawiyah)? Dan terus mengingat masalah-masalah ini didalam hatinya maka akan membuatnya terguncang (gelisah) untuk dapat mengantisipasinya. Maka mendidihkan api-api ini dan meratapi musibah-musibah ini disebut dengan “TADZKIR” (dzikir/pengingatan).

Memberi tahu manusia (makhluq), dan mengajari mereka kepada masalah-masalah ini, mengingatkan mereka kepada kelengahan dan kecerobahan nya, dan memperlihatkan kepada mereka kepada aib-aib mereka adalah agar merasakan hangatnya api-api ini kepada ahli majlis dan mengguncang (gelisah)-kan kepada musibah-musibah itu, agar supaya mereka menambal dengan sekuat tenaga umur yang telah lewat dan menyesali atas waktu (hari-hari) yang tidak terisi dengan taat kepada Allah SWT. Dan keseluruhan cara ini disebut dengan “WA’DHAN” (nasehat). Seperti ketika kamu melihat banjir (sunami) menerpa rumah seseorang, sedangkan orang itu dengan keluarganya ada didalamnya, maka kamu akan berkata: “Awas! Awas! Menjauhlah dari banjir (sunami)!”. Dan apakah dalam hal seperti ini hatimu ingin memberitahukan pemilik rumah (peringatanmu) dengan peringatan yang kata-kata /keterangan yang berlebih2an (panjang lebar), detail/rinci, dan isyarat-isyarat? Maka tidak ingin sama sekali! Maka seperti itulah seharusnya “WA’IDH” (penasehat). Maka lebih baik jauhilah berlebih-lebihan.

bersambung..


Artikel Terkait

No comments:

 
;