Wednesday, May 13, 2009

WAHAI ANAKKU bag.6

NASEHAT KEENAM BELAS

Wahai Anakku, Seandainya kamu mengerti hadits diatas, maka tidak butuh kepada ilmu yang banyak. Dan renungkanlah cerita (hikayat) yang berikut ini.

Pada suatu hari, Hatim bin Asham ra. Bercakap-cakap dengan temannya Syaqiq al Balkhi ra. Syaqiq berkata, “Anda telah menemaniku selama tiga puluh tahun, apa yang kamu dapatkan dalm rentang waktu itu? Hatim menjawab : “Aku mendapatkan delapan manfaat dari ilmu, dan itu membuatku merasa puas, karena saya berharap keselamatan dan kesuksesan dari nya. Syaqiq berkata: “Apa itu?”. Hatim menjawab:
Pertama, aku melihat manusia aku dapati tiap-tiap dari mereka mempunyai seorang kekasih yang di sayangi dan dirindukan, mereka saling mencintai dan menyayangi. Sebagian dari para terkasih itu menemaninya sampai mati, sebagian lagi sampai liang lahat, kemudian semuanya kembali dan meninggalkannya sendirian (dalam kubur) tidak ada satu pun yang mengikutinya masuk dalam liang lahat. Maka aku berfikir dan berasumsi bahwa, ‘sebaik-baik yang di cintai seseorang adalah apa yang menemaninya sampai liang kubur dan memberinya ketenangan di dalam kubur. Maka tidak aku temukan kecuali amal shalih, maka aku jadikan ia sebagai kekasihku sebagai penerang ku didalam kuburan, dan memberikanku ketenangan serta tidak akan meninggalkanku sendirian”.

Kedua, Saya melihat manusia, mereka mengikuti/ menurutkan hawa nafsunya dan berlomba-lomba untuk mengikuti hawa nafsu itu. Maka aku merenungkan/ ingat dengan Firman Allah : FA FAMMA MAN KHAFA MAQAMA RABBIHI WA NAHAN NAFSA ‘AN AL HAWA FA INNA AL JANNATA HIYA AL MA’WA (Sedangkan orang yang menahan hawa nafsunya maka sesungguhnya syurga disiapkan baginya). Aku yakin bahwa Al Qur’an adalah haq dan benar. Maka saat itu juga aku menghindari nafsuku dan bersiap-siap untuk mencegahnya dengan penuh kesungguhan dari hawa nafsunya. Sampai aku rela/ridlo dan taat kepada Allah SWT.

Ketiga, Aku melihat manusia setiap mereka bekerja untuk mengumpulkan harta dunia kemudian harta itu di konsumsi untuk dirinya sendiri, kemudian aku bandingkan dengan Firman Allah SWT: MA INDAKUM YANFADU WA MA INDALLAHI BAQ (Apa yang ada di sisimu adalah rusak dan apa yang disisi Allah adalah kekal). Maka aku ubah niatku mengumpulkan harta benda dunia untuk Allah SWT. Yaitu dengan membagikannya kepada fakir miskin untuk tabunganku disisi Allah SWT.

Keempat, Aku melihat sebagian manusia menduga bahwa kemuliaan dan keagungannya dengan memperbanyak pengikut dan kolega maka ia terpedaya dengan itu semua. Sebagian yang lain mengira bahwa kemuliaan dan keagungannya dengan berlimpah harta dan banyak anak dan bangga dengannya. Sebagial lagi yang lain mengira kemuliaan dan keagungannya dengan menggasab (korupsi) harta dan mendhalimi manusia yang lain serta mengalirkan darah mereka. Sebagian yang lain meyakini dengan merusak harta, berfoya-foya dan meghambur-hamburkanya. Maka aku teringat dengan firman Allah SWT: INNA AKRAMAKUM ‘INDALLAHI ATQAKUM (Sesungguhnya yang paling mulia disisi Allah adalah (mereka) yang paling bertaqwa). Maka (setelah itu) aku memilih taqwa dan meyakini bahwa Al Qur’an adalah haq dan benar dan persangkaan mereka semuanya adalah batil dan hanya sementara.

Kelima, Aku melihat manusia saling mencela satu dengan yang lainnya kemudian saling menggunjing yang satu dengan yang lain diakibatkan oleh hasud/iri hati terhadap harta dan kedudukan serta ilmu. Aku merenungkan firman Allah : NAHNU QASAMNA BAINAHUM MA’ISATAHUM FI AL HAYATI AL DUNYA (Telah kami bagi diatara mereka bagian mereka dalam kehidupan dunia). Maka aku mengetahui bahwa bagian (rizki) adalah dari Allah SWT sejak azali. Maka tidak ada alas an untuk hasud kepada siapapun dan ridlo dengan bagian dari Allah SWT.

Keenam, Aku melihat manusia saling bermusuhan satu dengan yang lainnya untuk sebuah tujuan dan sebab tertentu. Maka aku merenungkan firman Allah : INNA AL SYAITHANA LAKUM ‘ADUWWUN FATTAKHADUHU ADUWWA (Sesungguhnya syetan bagimu adalah musuh maka ambillah syetan sebagai musuh). Maka aku mengetahui bahwa tidak boleh memusuhi siapapun kecuali syetan.

Ketujuh, Aku melihat setiap orang berusaha dengan giat dan sangat bersungguh-sunguh mencari nafkah dan kehidupan sampai terjerembab kedalam syubhat dan haram. Kemudian menghinakan dirinya, dan mengurangi martabatnya. Aku teringat dengan firman Allah SWT. : WA MA MIN DAABATIN FI AL ARDI ILLA ‘ALALLAHI RIZQUHA (Tidak ada satupun yang melata di dunia kecuali telah ditentukan rizkinya oleh Allah). Maka tahulah aku bahwa rizkiku telah di tanggung oleh Allah SWT. Maka kemudian aku sibukkan diri untuk beribadah dan aku tidak tamak lagi kepada yang lainnya.

Kedelapan, Aku menyaksikan setiap orang bergantung/ menggantungkan diri kepada sesuatu yang diciptakan (makhluk) : sebagian kepada Dinar, dan Dirham. Sebagian lagi kepada harta dan kekuasaan, sebagian lagi kepada pekerjaan dan industri, sebagian yang lain kepada makhluk sesamanya. Maka aku teringat kepada Firman Allah SWT: WAMAN YATAWAKKAL ALALLAHI FAHUWA HASBUH INNALLAHA BALIGHU AMRIHI QAD JA’ALALLHAU LIKULLI SYAI’IN QADRA (Barangsiapa bertawakal kepada Allah maka ia dijamin Sesungguhnya Allah yang menyampaikan perintah, telah Allah ciptakan segala sesuatu menurut ukurannya). Maka aku bertawakkal kepada Allah karena Ia adalah penjaminku dan sebaik-baik wakil.

Maka kemudian Syaqiq berkata: Semoga Allah memberikan taufiq kepadamu. Aku telah mengamati Taurat, Injil, Zabur dan Qur’an, aku menyimpulkan bahwa kitab empat ini bermuara kepada delapan hal itu. Maka barangsiapa mengamalkan nya maka ia telah mengamalkan empat kitab ini.


NASEHAT KETUJUH BELAS

Wahai Anakku, Kamu telah mengetahui dari dua cerita tadi sebenarnya kamu tidak perlu banyak-banyak ilmu. Sekarang aku jelaskan kepadamu apa yang wajib bagi penempuh (salik) jalan haq (Allah) :

Ketahuilah bahwasannya perlu bagi Salik (penempuh jalan Allah) adanya guru (pengajar), mursyid (penunjuk) dan murabbi (pembimbing) untuk mengeluarkan akhlak yang buruk Salik dengan ajarannya. Dan mengganti nya dengan akhlak yang mulia. Tarbiyah (ajaran) pengajaran yang dimaksud adalah seperti yang dilakukan oleh petani yang mencabut duri-duri dan menyiangi tumbuh-tumbuhan liar di sekitar tanamannya. Agar tumbuh dengan baik dan memuaskan (perfect). Maka sebuah keharusan bagi si Salik seorang guru yang mengajarinya, mendidiknya dan membimbingnya kea rah jalan Allah. Karena sesungguhnya Allah mengutus Rasul kepada hambanya untuk menunjukkan jalan kepada-Nya. Dan ketika Nabi SAW wafat maka telah di siapkan pengganti untuk menggantikan tempatnya sampai mereka (umat) diberi petunjuk ke jalan-Nya. Dan syarat Guru adalah yang pantas sebagai ganti atas Rasulullah SAW. Yaitu dia harus ‘Alim (berilmu) akan tetapi tidak otomatis setiap yang ‘Alim dapat atau pantas menjadi pengganti. Dan saya jelaskan sebagian tanda-tanda nya secara global supaya tidak semua orang dapat mengaku bahwa ia seorang mursyid. Menurutku adalah: Pertama, orang yang berpaling dari hubbud dunya (cinta dunia) dan hubbul jah (cinta kedudukan/kekuasaan/pangkat). Kedua, Ia terhubung dengan seseorang yang arif (bashir) yang hubungan silsilahnya sampai kepada Rasulullah SAW penghulu para Nabi. Ketiga, Orang itu baik (muhsin) dalam menggembleng/melatih dirinya dengan sedikit makan, sedikit bicara dan sedikit tidur, banyak shalawat, sedekah, dan banyak berpuasa. Keempat, dengan mengikuti guru (syekh) yang Arif itu dapat mebuat baik akhlaknya secara historik seperti menjadi lebih sabar, rajin shalat, tambah bersyukur, bertambah tawakkal, bertambah yakin, bertambah qanaah, bertambah tenang diri, bertambah bijaksana, bertambah tawadlu, bertambah berilmu, bertambah jujur, bertambah malu, tepat kepada janji, berketetapan hati, tenang, tidak tergesa-gesa dan seterusnya. Semuanya itu adalah cahaya dari cahaya-cahaya Rasulullah SAW yang patut diikuti. Akan tetapi hal semacam itu sangat jarang sejarang belerang merah. Dan barang siapa yang di beri pertolongan (oleh Allah, saja) pasti akan menemukan guru yang seperti telahkami sebutkan diatas, kemudian guru itu akan menerimanya. Wajib bagi Salik untuk menghormatinya luar dan dalam. Adapun penghormatan luar yaitu tidak membantahnya dan tidak mencampuri urusannya dalam semua masalahnya. Walaupun dia tahu kesalahanya. Jangan menghamparkan sajadah didepannya kecuali waktu mau melaksanakan shalat dan apabila selesai melipatnya kembali. Jangan memperbanyak shalat-shalat sunnah di hadapannya. Dan melaksanakan apa yang diperintahkan syekh semampu dan kuasanya. Adapun penghormatan batin yaitu, semua yang didengar dan diterima dari syekh secara lahir tidak di tolak didalam batin. Baik perbuatan maupun ucapan. Supaya tidak disebut munafik. Apabila tidak mampu, jangan mengikutinya/ mengerjakannya sampai dapat menyerasikan antara lahir dan batin. Menjauhkan diri dari tempat orang yang berbuat tidak baik untuk mempersempit ruang gerak syetan dari bangsa jin dan manusia dari benteng hatinya, dan bersih dari kekuatan syetan. Atas segala hal, ia lebih memilih fakir dari pada kaya.

Kemudian ketahuilah sesungguhnya tasawuf ada dua macam karakteristik :
Pertama, Istiqamah (konsisten) dengan Allah SWT. Kedua, Berperilaku baik kepada manusia.
Maka barangsiapa yang istiqamah kepada Allah SWT dan akhlaknya baik kepada manusia dan memperlakukan mereka dengan bijaksana maka itu adalah Sufi. Istiqamah adalah memberikan bagian dirinya kepada perintah Allah SWT. Akhlak baik kepada manusia adalah dengan tidak menggiring manusia kepada keinginan dirimu, akan tetapi menggiring dirimu kepada keinginan mereka, sepanjang tidak menyalahi syari’at.

Kemudian kamu bertanya kepadaku tentang Ibadah (Ubudiyah). Ada tiga hal :
Pertama, menjaga perintah syari’at.
Kedua, Ridlo terhadap qada dan qadar dan qismah (bagian) dari Allah SWT.
Ketiga, mengabaikan ridlo dirimu demi mencari ridlo Allah SWT.

Kemudian kamu bertanya kepadaku tentang Tawakal. Tawakal adalah memperkokoh keyakinanmu kepada Allah SWT tentang apa yang telah di janjikan. Yakni kamu meyakini bahwa sesungguhnya apa yang di takdirkan untukmu pasti akan datang kepadamu. Walaupun seluruh manusia di dunia ini dengan sunguh-sungguh mencoba untuk mencegahnya. Dan apa yang tidak di tulis tidak akan sampai kepadamu walaupun seluruh manusia membantumu.

Kemudian engkau bertanya kepadaku tentang Ikhlas. Ikhlas adalah bahwasannya seluruh amalmu hanya untuk Allah SWT. Dan hatimu tidak mengharapkan pujian manusia dan tidak peduli terhadap ejekan mereka. Ketahuilah bahwa Riya berasal dari pengagungan makhluk. Terapi atas riya adalah melihat dan menganggap manusia rendah dibawah qudrat / taqdir. Seperti benda mati yang tidak dapat mendatangkan manfaat dan masaqat/bahaya untuk membebaskan dari riya kepada mereka. Dan ketika menganggap mereka mempunyai qudrat dan iradat maka Riya tidaka akan jauh dari dirimu.


NASEHAT KEDELAPAN BELAS

Wahai Anakku, Masalah-masalahmu yang lain sebagiannya tertulis dalam karangan-karanganku, maka carilah disana. Dan menulis sebagian yang lainnya adalah haram/dilarang. Amalkan apa yang telah kamu ketahui supaya terbuka apa yang belum kamu ketahui.


Artikel Terkait

No comments:

 
;