Tuesday, December 27, 2011

IDEOLOGISASI ISLAM : ARAH PERADABAN ISLAM IDEAL INDRAMAYU MASA DEPAN

Oleh : Ahmad Wasim

SUATU PERADABAN hanya akan wujud jika manusia di dalamnya memiliki pemikiran yang tinggi sehingga mampu meningkatkan taraf kehidupannya. Suatu pemikiran tidak dapat tumbuh begitu saja tanpa sarana dan prasarana ataupun supra-struktur dan infra-struktur yang tersedia. Dalam hal ini pendidikan merupakan sarana penting bagi tumbuhnya pemikiran, namun yang lebih mendasar lagi dari pemikiran adalah struktur ilmu pengetahuan yang berasal dari pandangan hidup. Indramayu terus berbenah. Dengan tidak mengenyampingkan faktor penghambat yang juga masih ada, Indaramayu (paling tidak program-program pemkab yang kasat mata) terus mencoba untuk 'berbenah'. Pendidikan dan program yang sedang dan akan dilaksanakan di Kab Indramayu terus direalisasikan dan 'diaktifkan kembali'. Sejarah dan pengaruh dari luar wilayah (yang ada di sekitar Indramayu), terutama pengaruh para Wali songo khususnya Sunan Gunung Djati di masa lalu, sebagai modal dasar peradaban Islam Indramayu saat ini. Hiruk pikuk Ma'had Al Zaitun, Al Qiyadah. Komar (komunitas Millah Abraham), dan yang terakhir perseteruan Perda Miras dengan pemerintah Pusat, terus akan mempersiapkan Indramayu untuk kemajuan Peradaban Indramayu yang lebih substantif di masa yang akan datang. Dengan asumsi diatas, Ideologisasi Islam adalah arah berikutnya yang mesti di tempuh Indramayu untuk 'Peradaban Islam Ideal Indramayu Masa Depan'.


PERADABAN

Kata Peradaban seringkali diberi arti yang sama dengan kebudayaan. Tetapi dalam B. Inggris terdapat perbedaan pengertian antara kedua istilah tersebut. Istilah Civilization untuk peradaban dan Culture untuk kebudayaan. Demikian pula dalam B. Arab dibedakan antara kata Tsaqafah (kebudayaan), kata Hadharah (kemajuan), dan Tamaddun (peradaban)

Menurut A.A. Fyzee, peradaban (civilization) dapat diartikan dalam hubungannya dengan kewarganegaraan karena berasal dari kata civies (Latin) atau civil (Inggris) yang berarti seorang warganegara yang berkemajuan. Dalam hal ini peradaban diartikan dalam dua cara:
(1) proses menjadi berkeadaban, dan
(2) suatu masyarakat manusia yang sudah berkembang atau maju.

Suatu peradaban ditunjukkan dalam gejala-gejala lahir, mis. Memiliki kota-kota besar, masyarakat telah memiliki keahlian di dalam industri (pertanian, pertambangan, pembangunan, pengangkutan dsb), memiliki tertib politik dan kekuasaan, dan terdidik dalam kesenian yang indah-indah.

Adapun kebudayaan diartikan bersifat sosiologis di satu sisi dan antropologis di sisi lain. Istilah kebudayan (culture) pada dasarnya diartikan sebagai cara mengerjakan tanah, memelihara tumbuh2an, diartikan pula melatih jiwa dan raga manusia. Dalam latihan ini memerlukan proses dan mengembangkan cipta, karsa, dan rasa manusia. Maka culture adalah civilization dalam arti perkembangan jiwa.

Peradaban Islam memiliki tiga pengertian yang berbeda. Pertama, kemajuan dan tingkat kecerdasan akal yang dihasilkan dalam suatu periode kekuasaan Islam mulai dari periode Nabi Saw. sampai perkembangan kekuasaan sekarang; kedua, hasil-hasil yang dicapai oleh umat Islam dalam lapangan kesusasteraan, ilmu pengetahuan dan kesenian; ketiga, kemajuan politik atau kekuasaan Islam yang berperan melindungi pandangan hidup Islam terutama dalam hubungannya dengan ibadah-ibadah, penggunaan bahasa, dan kebiasaan hidup kemasyarakatan.


BENIH-BENIH DISEMAIKAN

Untuk mengingatkan kita semua, saya ingin sedikit mengungkapkan bagaimana awal mula masjid Agung Indramayu didirikan dan pengaruh-pengaruhnya dari luar maupun pengaruh masjid bagi masyarakat sekitar.

Menurut sebuah tulisan dari kabar-cirebon.com, Rabu, 10 Agustus 2010, dilukiskan bahwa, transportasi dan perdagangan di Kabupaten Indramayu pada zaman dulu, terutama di era kolonial Hindia-Belanda pada tahun 1900-an, tertumpu di sepanjang aliran Sungai Cimanuk. Melalui jalur itulah, tata niaga lokal terkonsentrasi, dan menjadi pusat perekonomian terpenting di kawasan pantura kala itu.

Perdagangan beras dan komoditi pokok masyarakat lainnya, seperti jagung, palawija, rempah-rempah, dan lain-lain, setiap harinya dilakukan oleh masyarakat pribumi maupun pendatang dalam suasana kekeluargaan.

Tingginya intensitas perdagangan pada saat itu membuat sebagian besar warga pribumi yang beragama Islam, berinisiatif membangun sebuah langgar atau mushala dengan ukuran kecil mungil. Saat itu tahun 1937, langgar terletak di tepi Sungai Cimanuk.

Keberadaan langgar yang saat itu belum bernama, cukup membantu ibadah masyarakat Indramayu, serta sejumlah pedagang asal Cina atau Tiongkok yang kerap menjalankan aktivitas niaga di sana.

Seiring perkembangan waktu, langgar kecil tersebut mulai dipugar, dan dibangun secara gotong royong oleh masyarakat setempat. Pemugaran langgar tersebut tidak terlepas dari peran sentral seorang mualaf asal Tiongkok bernama Tjoe Teng. Tanah seluas 1 hektare milik Tjoe Teng yang terhampar di sisi langgar tersebut, dihibahkan secara sukarela untuk kepentingan pembangunan langgar.

Budayawan Indramayu, Fuzail Ayad Syahbana, menjelaskan, berdasarkan sejumlah saksi sejarah Masjid Agung berupa foto-foto tempo dulu yang diperolehnya dari kantor arsip Hindia Belanda, Masjid Agung memiliki satu ciri khas pada konstruksi bangunannya yang mirip Masjid Demak.

Fuzail Ayad menambahkan, penyebaran Islam di Jawa tidak terlepas dari peran Wali Songo. "Kecenderungan tersebut sangat kuat dari arsitektur bangunan Masjid Agung Indramayu yang menyerupai Masjid Demak hingga saat ini," tuturnya

Dan sebenarnya, pengaruh Sunan Gunungjati, baik secara religi dan sosio-politik, amat kuat pada hampir seluruh tokoh (Ki Gede) dari desa-desa kuna di Indramayu. Sekitar 70 Ki Gede, dari Sukra hingga Kertasemaya, dari Bantarwaru hingga Singakerta, dimakamkan di sekitar makam Sunan Gunungjati di Nur Giri Ciptarengga, Gunung Sembung, Cirebon.

Adanya makam Habib Keling di Desa Tanjakan Kecamatan Krangkeng Kabupaten Indramayu menjadi catatan tersendiri, apakah Habib Keling identik dengan Dipati Keling. Jika ya, menegaskan lagi adanya relasi itu, sebab Dipati Keling merupakan sahabat Sunan Gunungjati yang ikut serta dalam penyerangan ke Batavia tahun 1526. Ia salah seorang komandan, di samping beberapa komandan lainnya seperti Dipati Cerbon, Dipati Cangkuang, dan Faletehan. Sebelumnya Dipati Keling bersama 98 pengikutnya menyatakan masuk Islam dan bergabung bersama Sunan Gungjati. Diperkirakan, Dipati Keling berasal dari India, karena kulitnya hitam seperti orang Keling. Sangat mungkin, yang dimaksud makam tersebut adalah petilasan, sebab makam Dipati Keling terdapat di Astana Gunungjati Cirebon berdekatan dengan Sunan Gunung Jati. Jejak lain di Indramayu yakni adanya makam Pangeran Suryanegara yang terdapat di Desa Bulak Kecamatan Jatibarang dan memiliki keturunan di Indramayu. Suryanegara adalah adik bungsu Dipati Cerbon I atau Pangeran Swarga (putra Pangeran Pasarean dengan Ratu Mas Nyawa).


PROGRAM PEMKAB SAAT INI

Ada beberapa program pemda Kab. Indramayu yang akan terus mendorong Indramayu menuju peradaban Islami ideal di suatu saat nanti. Diantara nya adalah tahun 2012 di canangkan sebagai tahun pemahaman Alquran dan terjemahannya.

Pemkab Indramayu terus berupaya menjadikan masyarakatnya gemar membaca Alquran beserta terjemahannya. Guna mewujudkan hal itu, maka pada 2012, Pemkab mencanangkan sebagai tahun pemahaman Alquran dan terjemahannya.

Untuk mendukung proram itu, maka mulai saat ini Pemkab Indramayu menyiapkan dan menyediakan anggaran Rp 2,8 miliar. Total anggaran yang dialokasikan program tersebut mencapai Rp 4,8 miliar.

Untuk jumlah anggaran yang mencapai Rp 2,8 miliar, dananya diambil dari APBD II pada perubahan anggaran 2011 ini. Sementara sisa kebutuhan dana sebesar Rp 2 miliar, akan dibantu dana dari Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Pusat.

Pengalokasian anggaran itu terungkap dalam pertemuan rombongan Ketua Presidium ICMI Pusat, Marwah Daud Ibrahim, dengan Bupati Indramayu, Anna Sophanah, di pendopo Indramayu, Selasa, 13 september 2011.

Untuk mendukung pencanangan membaca dan pemahaman Alquran beserta terjemahannya tersebut, Pemkab Indramayu akan menyediakan fasilitas untuk melatih dan mendidik sebanyak 484 ustadz. Para ustadz itu terlebih dulu dilatih di Pondok Pesantren (Ponpes) Bayt Tamyiz di Desa Sukaperna, Kecamatan Tukdana, untuk melakukan aktivitas pengajaran pemahaman terhadap Alquran.

Selain itu, Pemkab juga akan menyediakan berbagai fasilitas berupa buku-buku pelajaran tentang Alquran dan lainnya kepada para siswa-siswa tersebut. Kemudian, untuk memudahkan pembelajaran Alquran dan terjemahannya, terutama bagi masyarakat yang ingin membaca dan mempelajari Alquran secara terbuka, maka perlu juga dibangun tempat wisata religi.

Sehingga, kita semua boleh berharap dengan tingginya minat baca Alquran dan terjemahannya, nantinya bisa berimbas secara langsung pada tingginya kualitas pendidikan keagamaan masyarakat Indramayu.

Kemudian,program-program serupa juga telah dan sedang dilaksanakan oleh pemkab Indramayu saat ini. Seperti yang sudah berlaku adalah Perda Miras, Santri Desa, Ngaji 15 menit, diwajibkannya para pendaftar SMP melampirkan ijazah Madrasah Diniyah (MDA/sederajat). Ini sesungguhnya yang paling berpengaruh untuk masa depan Peradaban Islam di Indramayu. Disamping yang lainnya yang menjadi pemberangus penghambat Peradaban seperti perda-perda miras dll.

Hiruk Pikuk Perda Miras dengan Pemerintah Pusat, kemudian juga Ma’had Al Zaitun yang nota bene berdiri di tanah Indramayu, serta aliran2 sempalan seperti Komar (millah Abraham), akan terus mendewasakan Indramayu, menuju Peradaban Islam yang lebih substantive, bukan hanya symbol-simbol, namun mengarah kepada peradaban Islam yang berdasar kepada pemikiran dan akal (rasional) berdasar pada pandangan hidup dan nilai-nilai Islam.


IDEOLOGISASI ISLAM

Sebelum masuk dalam Ideologisasi Islam ada baiknya menyimak Luthfi Ash Shaukani, ketika di wawancara wartawan tentang ini:
‘……Namun, tetap ada langkah-langkah berikutnya. Seiring proses demokratisasi, gagasan otonomi daerah menguat. Karena gagal di tingkat pusat, para pendukung ideologisasi Islam bergerilnya dari bawah. Ketika ideologi Islam gagal diperjuangkan di tingkat pusat, mereka menyebar ke tingkat-tingkat daerah. Salah satunya berwujud pelbagai tuntutan formalisasi syariat Islam seperti di Aceh. Padahal, di Aceh sendiri dukungan atas formalisasi syariat Islam tidak juga seragam. Ada banyak kelompok yang melakukan perlawanan….’

Selanjutnya mari kita dengarkan apa yang dikatakan Syari’ati
Dalam pandangan Syari’ati, agama sebagai ideologi diartikan: “suatu keyakinan yang dipilih secara sadar untuk menjawab keperluan-keperluan yang timbul dan memecahkan masalah-masalah dalam masyarakat”. Ideologi dibutuhkan, menurut Syari’ati, untuk mengarahkan suatu masyarakat atau bangsa dalam mencapai cita-cita dan alat perjuangan. Ideologi dipilih untuk mengubah dan merombak status quo secara fundamental.

Menurut Ali Syari’ati, ada dua jenis agama dalam tahap sejarah. Pertama, agama sebagai ideologi dan kedua, agama sebagai kumpulan tradisi dan konversi sosial atau juga sebagai semangat kolektif suatu kelompok.

Syari’ati menjelaskan tentang proses berubahan agama dari ideologi menjadi sebuah institusi sosial. Munculnya agama sebagai ideologi, papar Syari’ati, dimulai ketika para Nabi muncul di tengah-tengah suku-suku dan pemimpin gerakan-gerakan historis untuk membangun dan menyadarkan masyarakat. Ketika para nabi itu memproklamirkan semboyan-semboyan tertentu dalam membantu massa kemanusiaan, maka para pengikut Nabi kemudian mengelilingi nabi dan menyatakan untuk turut bersama-sama Nabi dengan sukarela. Dari sinilah, menurut Syari’ati, munculnya agama sebagai ideologi. Namun kemudian, agama itu kehilangan semangat aslinya dan mengambil bentuk agama sebagai institusi sosial.

Islam sebagai ideologi mampu memberikan keyakinan baru yang berbasis kepada kemauan bebas manusia untuk melepaskan diri dari jeratan sistem sosial dan politik tiranik.

Pertama-tama Syari’ati berusaha melakukan ideologisasi Islam dengan menunjukkan karakteristik revolusioner Islam. Ia berupaya membuktikan bahwa Islam agama yang sangat progresif, agama yang menentang penindasan. Syari’ati sangat antusias untuk membuktikan perlunya suatu reformasi bagi pemahaman Islam yang benar, sehingga dibutuhkan figur-figur yang mampu memimpin masyarakat kepada perubahan paradigma dan mental masyarakat. Mereka itulah yang menurut Syari’ati disebut para pemikir tercerahkan (rausanfikr).

Dalam konteks masyarakat Indramayu sebagaimana telah di jelaskan diatas, menunjukkan bahwa Islam merupakan akar budaya masyarakat Indramayu yang telah lama mendarah daging. Dengan demikian masyarakat Indramayu harus kembali kepada warisan budaya Islam jika menginginkan perubahan dan maju ke depan. Roshanfekran menurut Ali shariati di sana adalah Intektual Tercerahkan Kabupaten Indramayu (bukan sarjana-sarjana kampus saja namun juga mereka yang mengerti nafas dan denyut nadi masyarakat Indramayu dan dapat memformulasikan nya menjadi gerakan untuk maju).

Untuk mengkonstruksi Islam sebagai sebuah ideologi, mula-mula Syari’ati melakukan redifinisi tentang pemahaman ideologi itu sendiri. Syari’ati menjelaskan bahwa ideologi terdiri dari kata “ideo” yang berarti pemikiran, gagasan, konsep, keyakinan dan lain-lain, dan kata “logi” yang berarti logika, ilmu atau pengetahuan. Sehingga ideologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang keyakinan dan cita-cita. Menurut pengertian ini seorang ideolog adalah seorang pembela suatu ideologi atau keyakinan tertentu. Dalam kaitan ini, ideologi terdiri dari berbagai keyakinan dan cita-cita yang dipeluk oleh suatu kelompok tertentu, suatu kelas sosial atau suatu bangsa.

Di sisi yang berbeda, ideologi menuntut seorang cendekiawan untuk memihak. Bagi seorang ideolog, ideologinya adalah suatu kepentingan yang mutlak. Setiap ideologi memulai dengan tahap kritis, kritis terhadap status quo, kritis terhadap masyarakat dengan berbagai aspek kultural, ekonomi, politik dan moral yang cenderung melawan perubahan-perubahan yang diinginkan. Berbeda dengan filsafat maupun ilmu yang sama sekali tidak mempunyai komitmen seperti itu, ia hanya menggambarkan realitas seperti apa adanya dengan tidak membedakan apakah ia menolak atau menerima realitas tersebut.


DARI MANA KITA MEMULAI ?

Untuk mencapai tujuan menggerakkan masyarakat melalui ideologisasi Islam, Syari’ati menempuh beberapa langkah strategis.

Pada tahap pertama, Syari’ati meletakkan pandangan dunia tauhîd sebagai pandangan dasar. Pada tahap kedua, adalah berkenaan dengan bagaimana memahami dan mengevaluasi pemikiran dan segala sesuatu yang membentuk lingkungan sosial dan mental. Pada tahap berikutnya, diperlukan suatu ikhtiar bagaimana mencari dan menerapkan jalan yang praktis untuk menumbangkan status quo.

Dalam konteks Indramayu, Roshanfikr (intelektual tercerahkan) menurut Ali Shariati itu adalah para intelektual Indramayu (bukan sarjana-sarjana kampus saja namun juga mereka yang mengerti nafas dan denyut nadi masyarakat Indramayu dan dapat memformulasikan nya menjadi gerakan untuk maju). Mereka adalah sentral dari ikhtiar (praksis) perubahan masyarakat berdasar Ideologisasi Islam tersebut diatas. Untuk memulainya, mereka mempunyai tugas-tugas. Tugas mereka saat ini adalah:

Pertama, menyaring dan menyuling sumber-sumber daya masyarakat Islam dan mengubah penyebab kebobrokan dan kemandekan menjadi kekuatan dan gerakan.

Kedua, mengubah konflik antar kelas dan sosial yang ada menjadi kesadaran akan tanggung jawab sosial.

Ketiga, menjembatani kesenjangan yang semakin lebar antara “pulau yang dihuni oleh orang yang tercerahkan” dengan “pantai rakyat kebanyakan” dengan menjalin hubungan kekeluargaan dan pemahaman di antara mereka, dan dengan demikian menempatkan agama – yang datang untuk membangkitkan dan melahirkan gerakan – untuk kepentingan rakyat.

Keempat, mencegah agar senjata agama tidak jatuh kepada mereka yang tidak patut memilikinya dan yang tujuannya adalah memanfaatkan agama untuk tujuan-tujuan pribadi, yang dengan cara itu memperoleh energi yang diperlukan untuk menggerakkan rakyat.

Kelima, mengusahakan suatu kebangkitan kembali agama yang – dengan kembali kepada agama yang hidup, dinamis, kuat dan adil – melumpuhkan agen-agen reaksioner dalam masyarakat, sekaligus menyelamatkan rakyat dari unsur-unsur yang digunakan untuk membius mereka.

Keenam, menghilangkan semangat peniruan dan kepatuhan yang merupakan ciri agama biasa, dan menggantinya dengan semangat pemikiran bebas (ijtihâd) yang kritis, revolusioner, dan agresif. Semua ini dapat dicapai melalui gerakan pembaharuan agama yang akan menyaring dan menyuling cadangan energi yang sangat besar di dalam masyarakat, dan akan mencerahkan zaman itu serta membangunkan generasi masa kini. Karena alasan-alasan itulah, Syari’ati berharap, agar orang yang tercerahkan dapat berhasil mencapai kesadaran diri yang progresif.


PENUTUP

Sebagaimana telah di uraikan di atas, bahwa suatu peradaban hanya akan wujud jika manusia di dalamnya memiliki pemikiran yang tinggi sehingga mampu meningkatkan taraf kehidupannya. Suatu pemikiran tidak dapat tumbuh begitu saja tanpa sarana dan prasarana ataupun supra-struktur dan infra-struktur yang tersedia. Dalam hal ini pendidikan merupakan sarana penting bagi tumbuhnya pemikiran, namun yang lebih mendasar lagi dari pemikiran adalah struktur ilmu pengetahuan yang berasal dari pandangan hidup (Islam yang terideologisasi).

Jika kita konsisten melakukan apa yang menjadi tugas Intelektual Tercerahkan seperti pada bagian terakhir di atas (dari mana kita memulai?), maka Ideologisasi Islam insya Allah tidak 'haram' dan akan terwujud di bumi Wiralodra ini. Islam kita akan lebih substantif progresif dan bukan hanya sebagai institusi sosial dan tempat ber-'sosialisasi' saja. Amin.




SUMBER PUSTAKA:

- Science And Civilization in islam, pengarang : seyyed Hossein nasr. penerbit : Barnes & Noble Books, State-University of New York dialih bahasakan oleh DR. yazid penerbit Press, 1993
- Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam: Melacak Akar-akar Sosial, Politik dan Budaya Umat Islam Penerbit: Rajawali Pers Penulis: Ajid Thohir Cetakan I: September 2004 + 364 halaman
- Mendagri Larang Perda Miras Indramayu, Ulama dan Ormas Cirebon Protes, 4 December 2011 10:35 am
- Ali Syari’ati, Islam Madzab Pemikiran dan Aksi Prof. Afif Muhammad, MA, (Bandung: Mizan, 1982), hlm. 154-155
- Sejarah Indramayu dari Kacamata Asing, Supali Kasim, Jumat, 15 Juli 2011, dimuat PR Cirebon
- Mitologi Modern Hari Jadi Indramayu, Supali Kasim- Jumat, 15 Juli 2011, dimuat di Kompas Jabar.
- Cinta Buta pada Sejarah Indramayu , Supali Kasim, Kamis, 15 Juli 2011,
- Opini Hari Jadi Indramayu, Sebuah Kontroversi, Supali Kasim, Sabtu, 17 Oktober 2009,
- Cimanuk, Gugusan Sejarah yang Terputus, Supali Kasim, Kamis, 14 Juli 2011, dimuat di Kompas Jabar
- Endang Dharma Ayu, Perempuan Berselubung Misteri, Supali Kasim, Kamis, 14 Juli 2011,
- Dari Cimanuk ke Indramayu: Jejak Kota Pelabuhan yang Hilang, Kamis, 14 Juli 2011, Oleh Supali Kasim, -Dimuat di PR Edisi Cirebon, Des 2010
- Ideologisasi Islam; Jalan menuju Revolusi, Anjar Nugroho, http://pemikiranislam.wordpress.com/2007/08/16/pemikiran-syariati-2/ http://ahmadsamantho.wordpress.com/2008/04/16/idelogisasi-islam-jalan-menuju-revolusi/
- Babat Dermayu 1900 (Babat Carbon 2), dalam Ringkasan (notulen) Seminar Sehari “Bedah Sejarah Indramayu”, Yayasan Candra Aria Manggala, Karangasem Terisi Indramayu, Sabtu, 8 Mei 2010
- Sejarah Indramayu 1977, dalam Ringkasan (notulen) Seminar Sehari “Bedah Sejarah Indramayu”, Yayasan Candra Aria Manggala, Karangasem Terisi Indramayu, Sabtu, 8 Mei 2010
- Dwi Tunggal Pendiri Dharma Ayu Nagari 2003, dalam Ringkasan (notulen) Seminar Sehari “Bedah Sejarah Indramayu”, Yayasan Candra Aria Manggala, Karangasem Terisi Indramayu, Sabtu, 8 Mei 2010
- Ringkasan (notulen) Seminar Sehari “Bedah Sejarah Indramayu”, Yayasan Candra Aria Manggala, Karangasem Terisi Indramayu, Sabtu, 8 Mei 2010
- kabar-cirebon.com, Rabu, 10 Agustus 2010 - 01:02:19 WIB
- REPUBLIKA.CO.ID, Selasa, 13 September 2011 20:55 WIB
- Sejarah Indramayu, Dari Buku Sisi Gelap Sejarah Indramayu, Supali Kasim , Jumat, 05 Maret 2010

----selesai----


- Tulisan ini di tulis untuk lomba Musabaqah Kitabah dalam rangka HAB Kemenag ke 66, 28 Desember 2011. Di posting tanggal 27 Desember 2011 pada :
IntCer Blog: http://ahmadwasim.blogspot.com/2011/12/ideologisasi-islam-arah-peradaban-islam.html
(seperti yang sedang anda baca ini).

Saran
- Kepada Panitia: Seluruh tulisan dalam lomba karya tulis essai ilmiah ini mohon di bukukan, untuk perkembangan penulisan di masa yang akan datang. Dan dengan begitu, progres acara ini di masa datang akan lebih berkualitas dan baik.

.

Artikel Terkait

No comments:

 
;